A.
SIFAT
DAN HAKEKAT MANUSIA
Kata insan dipakai untuk menyebut
manusia,karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak artinya manusia. Hakekat
manusia selalu berkaitan dengan unsur pokok yang membentuknya hakikat sarwa
yang ada (hakekat Tuhan,alam dan hakekat manusia). Ia menyatakan bahwa dunia
kejiwaan berisi ide-ide yang berdiri sendiri dan yang bersangkutan dengan
sifat.[1]
Pengertian hakekat disini bukanlah
sebagaimana dalam pandangan Ahlul Tarekat yang membagi manusia menjadi 3
tingkat : Ma’rifat,Syariat,dan hakikat yang mana jika manusia mengerjakan
shalat,maka dikatakan baru pada tingkat ma’rifat dan menurut mereka,tingkatan
tertinggi adalah hakekat.
Sebagaimana pemahaman kita,jika ada
seseorang yang tata cara shalat dan wiridnya tidak ada sumber/dalilnya dari
Nabi SAW,maka itu adalah Bid’ah. Namun mereka (Ahlul Tarekat) menjawab bahwa
memang benar jika hal itu dilihat/ditinjau dari sisi ma’rifat dan syariat,
tetapi jika ditinjau dari sisi hakikat,maka itu bukanlah bid’ah. Ini adalah hal
yang sangat aneh dalam agama kita bahwa kata mereka sesungguhnya orang yang
sampai tingkat hakikat itu sekalipun syariatnya bertentangan dengan
Islam,tidaklah masalah,karena ia sudah melalui tahapan itu.
Padahal kalau dikaitkan dengan pemahaman
tentang hakikat,maka manusia yang paling memahaminya adalah Nabi SAW,tapi
beliau tidak meninggalkan syariat. Bahkan beliau setiap malam melaksanakn
Qiyamullail sampai kaki beliau bengkak.
Dan ketika beliau ditanya kenapa “menyiksakan” dirinya untuk melakukan hal
tersebut padahal Allah telah memberikan jaminan diampuni dosa beliau yang lalu
maupun yang akan datang. Maka jawab beliau :
“Tidakkah pantas kalau aku ini menjadi hamba yang bersyukur?”. Karena
Islam mengajarkan,bahwa yang dimaksud dengan hakikat disini dengan dunia maupun akhirat.
Sebagai contoh :
1. Dalam
QS.2:154,yang artinya:
“dan janganlah kamu
mengatakan terhadap orang yang gugur dijalan Allah (bahwa mereka itu)
mati,bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup,tetapi kamu tidak menyadarinya”.
Yang dimaksud dengan
hidup disini adalah hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini,dimana
mereka mendapat kenikmatan disisi Allah,dan hanya Allah sajalah yang mengetahui
bagaimana keadaan hidup itu.
2. Hakekat
kekayaan sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya: “Dari Abu Huraira
r.a,dari Nabi SAW beliau bersabda: “Tidak disebut kaya karena banyak
hartanya,tetapi yang disebut kaya (yang sebenarnya) adalah kekayaan jiwa”.
(HR.Bukhari-Muslim).
3. Hakekat
orang yang kuat. Dari Abu Huraira r.a ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Yang dinamakan orang kuat adalah bukan orang yang kuat bergulat. Orang yang
kuat adalah orang yang dapat mengendalikan hawa nafsunya pada puncak marah”.
(HR.Bukhari-Muslim).
4. Hakikat
kecantikan bukanlah sebagaimana para selebritis,atau hakikat kepintaran
bukanlah sebagaimana terlihat pada fisiknya (botaknya seorang professor).
Dengan demikian,tujuan dari kita mengetahui hakikat
adalah agar kita memahami segala sesuatu supaya kita tidak tertipu. Namun
seorang muslim tidak harus tahu hakikat dari segala sesuatu. Sebab sumber dari
hakekat adalah Allah dan Rasulullah.[2]
Hakekat manusia menurut Allah adalah makhluk yang
dimuliakan,dibebani tugas,bebas memilih,dan bertanggung jawab. Sebagai
makhluk,manusia mempunyai sifat fitrah,lemah,bodoh,fakir. Namun ia diberikan
kemuliaan karena mempunyai roh,mempunyai berbagai keistimewaan,serta
ditundukkannya ala mini baginya. Manusia juga diberikan beban oleh Allah
SWT,untuk beribadah dan menjalankanperannya sebagai khalifah dibumi untuk
mengatur alam dan seisinya. Allah memberikan manusia kesempatan untuk memilih
beriman atau kafir padanya. Hal ini berbeda dengan makhluk lainnya yang tidak
punya pilihan lain kecuali Islam. Selain itu,mereka diberikan tanggung jawab
oleh Allah SWT. Mereka yang bertanggung jawab pada amal yang dikerjakan akan
diberikan surge sedangkan mereka yang tidak diberi amal akan dilemparkan ke dalam neraka.
Allah SWT,telah memberikan banyak kelebihan kepada
manusia,tidak saja dalam potensi fisik yang dimiliki manusia,tetapi penciptaan
alam ini diperuntukkan bagi manusia untuk dimanfaatkannya semaksimal mungkin.
Bahkan seorang pakar astronomi mengatakan bahwa ala mini diciptakan untuk
kepentingan manusia,hal ini disebabkan karena semua manfaat penciptaan alam
seperti bumi,matahari,langit,dan sebagainya dirasakan oleh manusia.
Dengan kelebihan
dan keutamaan yang dimiliki manusia,maka wajarlah manusia diangkat
sebagai khalifah dibumi yang ditugaskan untuk memelihara bumi dan memelihara
apa saja yang ada dibumi. Kelebihan ini pula yang menjadi manusia dimuliakan
dibandingkan dengan makhluknya. Semestinya kelebihan ini menjadikan manusia
bersyukur kepada Allah SWT yang telah menciptakan kita dan membalas kebaikan
Allah ini dengan beribadah. Ibadah walaupun suatu beban karena keistimewaan
yang dimiliki manusia,tetapi ibadah merupakan kegiatan untuk mengembalikan diri
kita menjadi fitrah sehingga dalam pelaksanaan ibadah tersebut tidak lagi
menjadi beban.
Kita perlu mengenal manusia tidak dari segi
kelebihannya saja,tetapi juga kelemahannya sehingga pengenalan ini dapat
menyadarkan manusia dalam berbuat dan bertindak. Beberapa kelemahan manusia
yang disebutkan oleh Allh SWT,kejiwaan yang keluh kesah juga bersifat
lemah,bodoh,dan bebas memilih yang memungkinkan manusia memilih jalan salah sehingga
masuk neraka. Kelemahan ini perlu diwaspadai oleh manusia agar dapat
mengendalikan dirinya dan mengatasi kelemahannya dengan cara mengamalkan
nilai-nilai Islam.[3]
Hakekat manusia,siapakah manusia sesungguhnya
menurut pandangan Allah dan Rasul-Nya?
a. Status
manusia. Manusia disisi Allah adalah salah satu ciptaan manusia (makhluk)
Allah. Sebagaimana dalam QS.96:2,yang artinya sebagai berikut: “Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah”. QS.2:21,yang artinya: “Hai
manusia,sembahlah Tuhanku yang menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelumnya,agar kamu bertaqwa”.
Makna
yang paling mendasar yang dapat diambil dari hal ini (manusia sebagai makhluk)
adalah bahwa manusia memiliki kekurangan dan keterbatasan. Sesungguhnya semua
yang diciptakan oleh Allah memiliki kekurangan dan keterbatasan. Sedangkan
Allah Maha Sempurna,tidak memiliki kekurangan,keterbatasan,atau kelemahan. Yang
menunjukkan hal tersebut adalah ucapan “Subhanallah”,”Maha Suci Allah dari
serba kekurangan dan keterbatasan”. Oleh karena itu,tidaklah pantas manusia
sebagai ciptaan untuk menyombongkan dirinya. Allahlah yang pantas untuk
sombong,karena Allah adalah Dzat Yang Maha Sempurna.
b. Unsure
penyusun manusia/potensi penyusun manusia.
Manusia sebagai ciptaan
disusun atas 3 unsur:
I.
Jasad/Fisik
II.
Ruh
III.
Akal.
c. Tugas
dan fungsi manusia
Manusia
diciptakan oleh Allah dengan tugas beribadah kepada Allah,menjadi hamba
Allah,mengabdi kepada Allah,bukan untuk bermain-main dan membuang-buang waktu
dengan hal-hal yang tidak berguna. Manusia dituntut untuk beribadah hanya
kepada Allah dengan penuh ketundukan dan ketaatan.[4]
B.KEJIWAAN MANUSIA
Jiwa manusia adalah salah satu tanda
dari tanda-tanda kekuasaan Allah SWT,salah satu rahasia dari rahasia alam
semesta. Penelitian modern belum bisa mengungkapkan hakikat jiwa
manusia,apalagi tentang asal usulnya. Penyelidikan para ahli psikologi modern
dibarat dan ditimur terhadap rahasia ini adalah didasari atas teori dan
pengalaman belaka. Mereka tidak berhasil menyelamatkan masyarakat mereka dari
penyakit-penyakit jiwa yang semakin lama semakin bertambah banyak. Sayangnya
penyakit-penyakit jiwa ini telah menular dan tersebar luas ditengah-tengah kaum
muslimin. Yakni ketika umat Islam telah melepaskan agama mereka dan telah
melemah kekuatan iman dalam jiwa mereka. Maka setanpun menguasai mereka
sehingga mereka jadi tawanan perasaan was-was-was dan godaan setan. Lalu
mengikuti apa yang dibisikkan oleh hawa nafsu dan syahwat mereka. Hasilnya
tergoncanglah kejiwaan mereka,terongronglah kekuatan dan ketahanan mereka.
Ketika mereka ditimpa musibah,teguncanglah jiwa mereka,sehingga musibah
tersebut membahayakan kehidupan mereka. Tetapi bagi seorang muslim yang
benar-benar beriman,musibah dan bala’ yang mereka alami tidak akan merusak jiwa
mereka bahkan justru mereka bersyukur atas musibah yang mereka alami. Karena
mereka yakin musibah yang dialami seorang muslim sebagai muslim,sebagai
penghapus dosa bagi mereka. Dengan mempelajari sebagaimana sebab dan akibat
terhadap kondisi yang dihadapi setiap manusia dalam kehidupan duniawinya,akan
memberikan pengaruh pada jiwa manusia dan masyarakat.
Nikmat dan bala’ yang silih berganti menimpa manusia
kebanyakan menjadi penyebab timbulnya berbagai penyakit jiwa,seperti
sombong,takabur,ujub,demikian pula stress,putus asa,kegocangan jiwa dan lainnya.
Padahal
Rasulullah SAW telah bersabda:
“Sungguh menakjubkan
urusan seorang mukmin,semua urusannya baik baginya dan kebaikan itu tidak
dimiliki kecuali oleh seorang mukmin. Apabila ia mendapat kesenangan ia
bersyukur dan itulah
yang terbaik untuknya dan apabila mendapat musibah ia bersabar dan itulah yang
terbaik untuknya”. (Shahih Muslim No.7500 hal.1295).
Hadits yang mulia ini menjadi penyembuh dan obat bagi siapa saja
yang diuji dengan dua ujian,yakni nikmat dan bala’. Kedua rukun ini
adalah,syukur disaat lapang dan sabar disaat sempit dan tertimpa bala’.
Rasulullah SAW,telah menjelaskan bahwa syukur dan sabar merupakan sebab
kebaikan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Yang mendorong seseorang untuk
rutin beramal dan senantiasa mengharapkan kebaikan guna memakmurkan dunia dan
menegakkan agama Allah didalamnya. Seorang mukmintidak akan sombong ketika
mendapat nikmat dan tidak akan menggerutu ketika menghadapi bala’. Oleh karena
itu,Umar bin Al-Khattab r.a,berkata: “Kalaulah sabar dan syukur itu ibarat dua
ekor unta,maka aku tidak peduli unta
mana yang aku kendarai”. (Uddatus Shabirin wa Dzakhiratus Syakirin hal.44).
Apabila seorang muslim menghiasi dirinya
dengan dua akhlak yang agung ini,maka keadaannya akan menjadi lebih baik dan
lebih mulia dalam segala sisi,baik dari sisi kejiwaan,prilaku dan kehidupan.
Tidak masalah bagi dirinya memperoleh nikmat atau tertimpa musibah karena ia
sadar apapun yang dialaminya merupakan takdir dari Allah SWT.
Sesungguhnya kehidupan seorang mukmin
penuh dengan ujian dan cobaan. Hal ini menuntutnya agar ia memiliki pemahaman
dan akhlak dalam menghadapinya. Agar ia bisa keluar dari ujian tersebut sesuai
dengan apa yang diridhai Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam QS.Al Mulk:2,yang
artinya: “Yang menjadikan mati dan hidup,supaya dia menguji kamu,siapa diantara
kamu yang lebih baik amalnya. Dan dia Maha Perkasa Lagi Maha Pengampun”.
Semua yang ada disekitarnya baik berupa
nikmat dari Allah SWT,yang dilimpahkan kepadanya untuk menunaikan risalah ilahi
dalam kehidupannya didunia atau berupa ujian dan rintangan yang menghadang
jalannya dalam menunaikan risalah tersebut. Kedua kondisi tersebut adalah ujian
dan cobaan bagi seorang muslim. Maka ia membutuhkan keimanan yang kuat untuk
melewati jalan yang berat dalam kehidupan ini. Rasulullah SAW telah bersabda:
“Jannah diselimuti dengan perkara-perkara yang dibenci sedangkan neraka
diselimuti dengan perkara-perkara yang mengundang syahwat”. (Shahih Muslim
No.7130 hal.1288).
Tidak akan bisa melewati dua ujian ini
dengan baik,yaitu nikmat dan bala’,kecuali orang yang memiliki dua sifat yang
agung,yang dengannya akan tampak hakikat seorang mukmin,hakikat keimanannya dan
hakikat keberadaannya di alam dunia.
Di dalam mengarungi kehidupan ini,setiap
anak manusia mengalami dua hal yang tidak bisa dihindari dalam kehidupannya.
Kedua hal tersebut harus disikapi dengan bijaksana agar tidak menjadi masalah
dalam kehidupan mereka. Kedua hal tersebut adalah kelapangan hidup dan
kesempitan hidup.[5]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar