AKAN SELALU ADA JALAN BAGI YANG MAU BERBUAT

Safaruddinufe1121@gmail.com

TRANSLATE



JapaneseGermanEnglishFrenchSpainChinese SimplifiedArabicRussian

Translate

visitor

Sabtu, 02 November 2013

Pengembangan dan Kriteria Penetapan Materi Pendidikan Islam



BAB I
PENDAHULUAN
A.          LATAR BELAKANG
Pembicaraan seputar Islam dan pendidik@n tetap menarik,terutama terkait dengan upaya membangun sumber daya manusia muslim .Dan sebagaimana dimaklumi bahwa di dalam  islam belum terdapat rumusan pendidik@n yang baku, melainkan hanya terdapat nilai-nilai moral dan dan etis yang seharusnya mewarisi system pendidik@n tersebut sebagai contoh, nilai-nilai tersebut terlihat dalam ayat al-qur-an yaitu ayat 1-5 Qs. Al-Alaq yang artinya
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptaka.Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dengan nama Tuhanmu yang maha pemurah yang mengajar manusia dengan perantaraan qalam Diamengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”
Pada ayat tersebut ada 5 komponen pendidik@n, yaitu guru(Allah), murid(Muhammad SAW), sarana dan prasarana (Qalam), metoda (iqra), dan kurikulum pendidik@n jika dipandang sebagai suatu proses, maka proses tersebut akan berakhir dengan tercapainya suatu tujuan akhir pendidik@n yang mana diyakini dan dinilai sebagai suatu yang peling ideal. Bagi Indonesia tujuan yang ideal itu dicapai melalui senuah proses dan sistm pendidik@n nasional sebagaimana tercantum dalam UU system pendidik@n nasional No 20 tahun 2003  bab II pasal 3(2003:7): pendidik@n Nasional… bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreativ, mandiri, dan  menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjaawab.
Pendidik@n Islam sebagai sub system dari sistem pendidik@n nasional yang mencita-citakan terwujudnya insane kamil atau orang islam yang shaleh ritual dan shaleh social, secara implicit akan mencerminkan cirri kualitas manusia Indonesia seutuhnya sebagaimana digambarkan di atas , akan tetapi realita di lapangan menujukkan bahwa dunia pendidik@n saat ini pada umunya sangat dipengaruhi oleh pandangan hidup barat yang antara lain berorak ateistik, matreaistik, skeptis. Sehinga kemudian yang terjadi adalah munculnya pola hidup yang becorak materialistic, hedonistic, individualistic, hidup permissive, living together. Landasan filosofis pendidik@n yang seperti ini harus segera diperbaiki agar sesuai dengan pandangan hidup Islami dan di sesuaikan dengan nilai luhur budaya bangsa bagsa Indonesia, sehinggaa sejalan dengan pangdangan tersebut, bagaimana Islam sbagai ajaran yang universal dapat memberi solusi bagi masalah-masalah nasional, terutama masalah pendidik@n denganberperang aktif dalam rangka membawa dan merawat ummat manusia.
Demikian strategi posisi dan peranan pendidik@n, sehingga umat islam senantiasa concern tehadap masalah tesebut. Sehingga bermunculan lembaga-lembaga pendidik@n dengan berbagai macam program yang samapai hari ini masih berkibar.dalam rangka ikut serta mengsukseskan pembangunan nasional di bbidang pendidik@n yang bermuara pada terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya.
Dalam rangka mencapai sebuah hasil yang dicita-citakan dalam dunia pendidik@n yang dalam hal ini pendidik@n Islam, perlu sebuah kejelasan konsep yang dikonstruksi dari sumber-sumber ajaran Islam, dengan tanpa meninggalkan rumusan para pakar pendidik@n yang dianggap relevan yang kemudian konsep tesebut dituangkan dan dikembagkan dalam kurikulum pendidik@n, kurikulum merpakan factor yang sangat penting dalam proses pendidik@n dalam suatu lembaga pendidik@n. Dengan kurikulum akan tergambar jelas secara berencana bagaiman dan apa saja yang harus terjadi dalam pendidik@n.
B.           RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pendahuuan di atas maka kami menarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Pengembangan dan Kriteria penetapan materi pendidik@n Islam
2.      pelaksanaan kurikulum pendidik@n Islam
3.      cirri-ciri khusus kurikulum pendidik@n Islam

BAB II
PEMBAHASAN
A.          PENGEMBANGAN DAN KRITERIA PENETAPAN MATERI PENDIDIK@N ISLAM
Pendidik@n islam merupan usaha sadar untuk menyiapakan anak didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain yang menyangkut masalah kerukkunan beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan Nasional. Oleh karana itu pendidik@n agama islam disekolah brtujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan  dan pengamalan peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan berteqwa kepada Allah sertaberakhlak mulua dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Untuk memenuhi tujuan tersebut, materi pendidik@n Islam yang tertuan dalam kurikuluharus memenuhi berbagai prinsip yang meliputi;
ü   Fleksivilitas program
ü   Efesiensi dan efektivitas
ü   Relevansi antara kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan komponen-komponen kurikulum
ü   Praktis
Ø   atau materi  pokok pendidik@n agama islam di Hubungan manusia dengan Allah SWT.
Ø   Hubungan manusia dengan sesame manusia
Ø   Hubungan manusia dengan makhluk lainnya dan lingkungan alamnya
Ø   Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
Ruang lingkup
sekolah  adalah menyangkut keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara:
Ø   .
Dalam hal ini, maka bahan atau matri pook pendidik@n agama islam meliputi tuju unsur pokok, yaitu;
1.      keimanan 2. Ibadah 3. Al-Qur’an 4. akhlak 5. muamalah 6. syariah                    7. dan tarikh (sejarah islam)
kesemua yang di atas berhaluan untuk tercapainya tujun pendidik@n islam yang orientasinya pada terwujudnya insan kamil yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Untuk iitu materi-materi pendidik@n islam harus dituangkan dalam kurikulum pendidik@n yang imlementasinya ke sekolah pada masing-masing jenis dan jenjang pendidik@n.

Kurikulum pendidik@n Islam bersumber dari tujuan pendidik@n Islam.               Prof H. M Ed. Menyatakan bahwa rumusan tujuan pendidika islam merealisasikan manusia muslim yang beriman, bertaqwa dan berilmu pengetahuan yang menpu mengabdikan dirinya kepda sang khaliq-Nya dengan sikap dan kepribadian bulat yang menyerahkan diri kepada-Nya dalam segala aspek kehidupannya dalam rangka mencari kehidupan-Nya.
Rumusan tujuan pendidik@n islam,sangatlah relevan dengan rumusan tujuan pendidik@n nasional,yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manysia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa,berakhlak mulia,sehat berilmu,cakap,kreatif,mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab .(UU NO. tahun 2003).
Tujuan yang akan di capai dari kurikulum pendidik@n islam ialah membentuk anak didilk menjadi berkhlak mulia. Dalam hubungannya dengan hakekat penciptaan manusia. Kurikulum pendiikan islam berisi materi untuk pendidik@n seumur hidup, sebagaimana kata orang bijak “tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang kubur”
Materi pokok kurikulum pendidik@n Islam iala bahan-bahan , aktivitas, pengalaman yang mengandung unsure ketauhidan. Islam sebagai agama wahyu sangat mementingkan masa depan yang berorientasi duniawi-ukhrawi telah mendapatkan dasar teoritis dari beberapa ayat-ayat al-qur’an, antara lain Qs. Al-hasyar : 18
Konsep pendidik@n Islam menpunyai jangkauan kemasa depan bagi anak d’an dan idik, yakni berupaya menciptakan suatu sosok kepribadiaan yang didukung melalui jalur pendidik@n. Pengembangan sosok pribadi yang dikehendaki bias dicapai melalui kurikulum pendidik@n Islam, yakni menyangkut bahan atau jenis-jenis mata pelajaran yang diberikan kepada anak didik yang terhimpun dalam kurikulum pendidika Islam. Sumber bahan dan materi kurikulum pendidik@n Islam dapat dikembangkan melalui bahan yang tedapat dalam nas (al-qur’an dan al-hadits serta realitas kehidupan.
Secara sederhana dikatakan bahwa kurikuum pendidik@n islam dirancang berdarkan nas Al-Qur’an dan al-hadits yang bertujuan agar manusia mendapat kesejahtraan di dunia dan tetap dekat kepada Allah SWT. Sehingga memperoleh kebahagiaan ukhrawi dengan modal iman, amal, dan taqwa kepada Allah SWT. Disinilah letak perbedaan prinsip kurikulumpendidik@n islam dengan kurikulum pendidik@n  lain yang mempunyai kecenderungan mengutamakan aspek material dengan nila frakmatisme semata.
Adapun prinsip penetapan kurikulum pendidik@n Islam sebagai berikut:
*            Kurikulum pendidik@n Islam sejalan dengan idealitas islami yang mengandung materi (bahan) ilmu pengetahuan yang mampu berfunsi sebagai alat untuk mencapai tujuan hidup Islam
*            Berfunsi sebagai alat efektif mencapai tujuan tersebut, kurikulum  harus mengandung nilai-nilai islami yang instrinsic dan ekstrinsikmampu merealisasikantujuan pendidik@n islam
*            Kurikulum yang bercirikan islami itu diproses melalui metode yang sesuai dengan nilai yang terkandung dalam tujuan pendidik@n Islam.
*            Antara kurikulum, metode dan tujuan pendidik@n Islam harus saling berkaitan dan harus saling menjiwai dalam proses mencapai produk yang dicita-citakan menurut ajaran Islam
Prinsip tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Kategori kurikulum pendidik@n Islam
Dalam hal ini  para pemikir islam berbeda pandangan dalam hal istilah dan bentuk dari ilmu yang bersumber dari al-Qur’an  dan al-hadits yang di masukkan ke dalam kurikulum pendidik@n Islam. Diantara pandangan para pemikir tersebut sebagai berikut:
1.            Ibnu khaldun
Ibnu khaldun menetapkan kategori Ilmuu pengetahuan Islam yang harus dijadikan materi kurikulum menjadi 3 macam:
a.             Ilmu lisan (bahasa) yang terdiri dari ilmu lughah, nahwu, sharaf, balaghah, ma’ahi, bayan, adab sastra, atau syair-syair
b.            Ilmu Naqli, yaitu ilmu- ilmu yang dinukilkan dari Al-Qur’an dan Al-Hadits, yang terdiri dari Qira’ah Al-Qur’an dan ilmu tafsir, sanad-sanad hadits, dan pentaashinya, serta  istinbath tentang qanun-qanun fiqhiyah.
c.             Ilmu ‘Aqli, yaitu ilmu untuk mengembangkan daya fikir manusia kepada filsafat dan ilmu pengetahuan lainnya. Ilmu ini antara lain ; logika (ilmu manthiq), ilmu kalam imu alam, ilmu tekhnik, ilmu bintang dll.
2.                  Al-Gazali
            Al-Gazali menghendaki agar ilmu-ilmu pengetahuan berikut dijadikan materi kurikulum lembaga pendidik@n, yaitu:
a.             Imu fardu Ain (wajib dipelajari) yakni ilmu agama yang bersumber dari Al-Qur’an hadits, fiqh, dan tafsir.
b.            Fardu kifaya (untuk menyokon kehidupan duniawi), yakni, metafisika, ilmu kedokteranilmu tekhnik,ilmu pertanian dan industri
3.                  Ibnu Sina
Ibnu sina memberikan klasifikasi ilmu pengetahuan untuk diajarkan atau dipelajari orang Islam ke dalam dua macam jenis yaitu:
a.             Ilmu Nahdary atau ilmu teoritis. Yang termasuk kedalam ilmu ini adalah imu alam, ilmu riadhy(matemaatika), ilmu ilahy, yaitu. Ilmu-ilmu yang mengandung iktibar tentang maujud darri alam dan isinya yang dianalisis secara jujur dan jelas, aka diketahui oleh Maha Penciptanya
b.            Illmu-ilmu amali (praktis) yang terdiri dari beberapa iilmu pengetahuan yang prinsip-prinsipnya berdasarkan atas sasaran-sasaran alisisnya. Misalnya ilmu yang menganlisis tentang periaku manusia dilihat dari aspek individual maka timbullah ilmu akhlaq, jadi menganalisis tentan kepribadian manusia melalui aspek social, maka tinbul ilmu siasat (ilmu politik)
Pada dasarnya para pemikir Islam (dalam hal kurikulum pendidik@n Islam) memilliki pendapat bahwa ilmu-ilmu pengetahuan yang mereka kategorikan dan dijadikan mata peajaran disekolah atau madrasah secara esensial tidak ditemukan perbedaan secara prinsipil, baik Ibnu Khaldun, Al-Gazali, Ibnu Sina, dll. Secara eksplisit sepakat bahwa pengklasifikasian ilmu pengetahuan dalam kurikulum pendidik@n islam tetap merujuk pada nas Al-Qur’an dan Al-Hadits.

B.           PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIK@N ISLAM
Pelaksanaan  pendidik@n Islam disekolah pada prinsipnya melalui tiga jenis kegiatan yaitu ; kegiatan intrakulikuler, kokulikuler ; dan ekstrakulikuler, dari ketiga jenis kegiatan tersebut digunakan berbagai macam pendekatan yaitu :
1.                  Pendekatan Pengalaman
Yaitu pemberian pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan
2.                  Pedekatan Kebiasaan
Yaitu ddengan senatiasa memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk senantiasa mengamalkan ajaran agamanya baik secara individual maupun secara kelompok dalam kehidupan sehari-hari.
3.                  Pendekatan Emosional
Yaitu usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini, memahami dan menghayati ajaran agamanya.
4.                  Pendekatan Rasional
Yaitu usaha memberikan peranan kepada rasio (akal) dalam memahaami dan menerima kebenaran ajaran agama Islam
5.                  Pendekatan Funsional
Yaitu usaha mengkaji dan menyajikan ajaran agama islam dengan menekankan kepada segi kemanfaatannya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat permahaman dan perkembangannya.
Namun setiap system pendidik@n pasti akan selalu dihadapkan dan berada di antara tekanan-tekanan konflik, seperti pengaruh tradisi dan tuntunan terhadap tatanam social kemasyarakatan. Dalam hal ini khususnya disebabkan kompkeksitas system pendidik@n dan setiap system pendidik@n memiliki kemungkinan untuk “terlena “ atau terlepas dari sikap objektivitasnya.
Selama ini permasalahan klasik yang dihadapi pendidik@n islam adalah berhubungan dengan kemunculan berbagai macam pilihan fragmatis, teoritis, dan teologis. Lebaga pendidik@n islam seharusnya belajar dari pengalaman sejarah tersebut. Kurikulum seharusnya disusun berdasarkan peringkat besarnya orientasi tuntutan-tuntutan pragmatis, teoretis, dan teoogi itu sendiri.
Secara konseptual tuntutan pragmatis itu bersifat “mendasak dan praktis”. Kebutuhan ini tidak bias menunggu rentang  waktu yang lama oleh sebab itu ia menempati prioritas pertama. Perioritas kedua dipegang oleh kurikulum teoritis, kurikulum ii tidak mendesak tetapi membutuhkan perencanaan yang tepat dan akurat. Sedangkan kurikulum teologis bersifat jangka pengjan dan menyeluruh, oleh sebab itu kurikulum teologis harus dirangcang secara cermat, matang, penuh pertimbangan dan tidak serampangan, meskipun harus diakui pada kenyataannya, pelaksanaan peracangan kurikkulum pragmatis, teoritis, dan teologis bersifat bersamaan, korelevansi, dn menyeluruh.
a.                   Kurikulum pragmatis
Pragmatisme berarti berpegeng teguh pada praktik. Kurikulum yang berlandaskan pragmatis berarti kurikulum yang berlandaskan teori ilmu praktis. Pragmatisme meletakkan pemakaian sesuatu  diatas pengetahuannya sendiri, maka ultitas (kegunaan) beserta kemampuan perwujudan nyata adalah hal-hal yang mempunyai kedudukan utama disekitar pengetahuan mengenai sesuatu itu.
Dalam system kurikulum pragmatis, penetapan bidang studi yang akan diterapkan diukur atau ditentukan oleh nilai fungsi atau nilai guna dalam kehidupan nyata. Mereka memandang hidup manusia sebagai suatu perjuangan untuk hidup yang berlangsung terus-menerus bahwa yang terpenting adalah konsekuensi-konsekensi yang bersifat praktis.
Pragmatisme karenanya memandan realita sebagai suatu proses dalam waktu, yang berarti orang yang mengetahui mempunyai peraanan unntu menciptakan atau mengembangkan hal-hal yang diketahui, hal ini berarti pengetahuan yang dimiiki orang tersebut merupakan unsure penentu dalam mengembangkan pengetahuan itu pula.
Intinya suatu perencanaan sistam ilmu pengetahuan harus disesuaikan dengan tuntutan dan perkembangan ruang dan waktu dimana kurikulum pendidik@n tersebut akan diterapkan. Jika bidan studi dianggap tidak bernilai lagi maka bidang studi tersebut bias ditinggalkan atau bahkan dibuang.
b.                  Kurikulum Teoritis
Secara konseptual “teori” merupakan suatu perangkat pernyataan yang bertalian satu sama lain, yang disusun sedemikian rupa sehingga memberi makna yang fungsional terhadap serangkaian kejadian. Teoritis berarti bersifat teori. Kurikulum teoritis dapat diartikan sebagai kurikuulum yang hanya berisi serangkaian pernyataan dan konsep. Berbeda dengan konsep pragmatis sebelumnya, bbila di bandingkan kurikulum pragmatis bersifat praktis dan lebih dekat dengan realitas kenyaataan, maka kurikulum teoritis lebih jauh dari realitas knyataan, sekurang-kurangnya teoritis merupakan konsep pemandu kurikulum pemandu pelaksanaan kurikulu pragmatis. Dalam praktik biasanya kurikulum teoritis berhubungan dengan kurikulum Nasional. Hal ini erat dan sangat tergantung ideology Negara dimana tempat pendidik@n Islam akan diselenggarakan.korikulu teoritis dibedakan dalam dua tahapan. Tahapan pertama, tahap khusus, tahapan kadua, tahap kurikulum umum.perencanaan kurikulum khusus mengarah pada kukrikulum pragmatis dalam arti “local” dan perencanaan kurikulum umum mengarah pada kurikulum tingkat selanjutnya, yaitu ; “kurikulum baku “(universal).
Kurikulum teoritis lebih stabil dan konsisten dibandingkan dengan kurikulum pragmatis.karena kurikulum pragmatis cenderung beruba-uba sesuai dengan realitas yang dihadapi pada ruan dan waktu tertentu, ketika realitas beeruba, maka beruba pulalah kurikulum pragmatisnya. Sedangkan kurikulum teoritis relative tidak terjadi perubahan yang bersifat fundamental, kalau pun ada lebih pada hal-hal yan “praktis”
c.                   Kurikulum Teologis
Teologi berasal dari bahasa yunani yaitu “theos”yang berarti tuhan dan “logos“ beraarti Ilmu. Perencanaan kurikulum teologi berarti perencanaan kurikulum beerbasis ilmu ketuhanan. Secara eksistensi, kurikulum teologi tidak mungkin dikembangkan. Alasannya pun sederhana, sangatlah tidak mungkin penyusunan perencanaan kurikulum yang dikembangkan diatas objek yang “tidak ada” dalam realitas kenyataan. Tuhan adalah sesuatu yang tidak mungkin dicapai oleh manusia.
Kurikulum teologis yang dimaksud disini adalah “teologis” sebagai suatu bidang keilmuan. Dengan kata lain pembahasan tentang ”eksistensi Tuhan” dalam pandangan Ilmu. Teologi sebagai suatu ilmu adalah teori ilmu yang bersumber dari ide tentang dunia illahia, dunia ideal, kekal, dan tak berubah.
Dalam perumpamaan suatu konsepkurikulum dapat kita pahami sebagai suatu konsep yang bersifat bak, tetap, dan tidak berubah sepanjang waktu.kurikulum ini dirancang untuk masa jangka panjang, mencakup keseluruhan bidang studi Ilmu.-persial maupun Universal. Kurikulum teologis berisi pokok-pokok atau prinsip bidan studi yang harus diselenggarakan dalam lembaga pendidik@n islam dimana pun berada.


C.           CIRI-CIRI  KHUSUS KURIKULUM PENDIDIK@N ISLAM
Tiap jenis kurikulum mempunyai cirri-ciri tersendiri termasuk pendidik@n Islam. Abdurrhman An-Nahlawi menjelaskan bahwa kurikulum Islami harus memenuhi beberapa ketentuan yaitu:
Pertama ; memiliki system pengajaran dan materi yang selaras dengan fitra manusia serta bertujuan untuk menyucikan manusia, memelihara dari penyimpangan, dan menjaga keslamatan fitra manusia sebagaimana disyaratkan hadits Qudsi berikut ini:
Hamba-hamba-Ku diciptakan dengan kecenderungan (pada kebenaran).lalu setan menyesatkan mereka.
Kedua; harus mewujudkan tujuan pendidik@n Islam, yaitu kemurniaan ketaatan dan peribadatan hanya kepada Allah. Kurikulum Islam yang disusun harus menjadi landasan kebangkitan Islam, baik dalam aspek Intelektual, pengalaman, fisikal, maupun social.
Ketiga ; harus sesuai dengan tingkatan pendidik@n baik dalam hal karakteristik, tingkat pemahaman, jenis kelamin serta tugas-tugas kemasyarakatan yang telah dirangcang dalam kurikulum.
Keempat ;memperhatikan tujuan-tujuan masyarakat yang realistis, menyangkut kehidupan dan bertitik tolak dari keislaman yang ideal, seperti merasa bangga menjadi orang Islam. Halini yang harus menjadi perhatian adalah pelayanan kesehatan, jaminan keamanan, perkantora, kebudayaan atau aspek-aspek hasil peradaban lainnya.
Kalima ; tidak bertentangan dengan konsep-konsep Islam, mengacu pada kesatuan Islam, dan menyatu dengan integrasi psikologi yang telah Allah ciptakan untuk manusia serta selaras dengan kesatuann pengalaman yang hendak diberikan kepda anak didik, baik yang berhubungan dengan sunnah, kaidah, system maupun realtas alam, sehingga terjalin hubungan harmonis antra berbagai bidang Ilmu.
Keenam ; harus relistis sehingga dapat diterapkan selaras dengan kesanggupan Negara yang hendak menerapkannya sehingga sesuai dengan tuntutan dan kondisi Negara itu sendiri
Ketuju ; harus memilih metode yang relastis sehingga  dapat diadabtasikan kedalam berbagai kondisi, lingkungan dan keadaan tempat ketika kurikulum itu ditetapkan. Yang tak kalah pentingnya adalah kurikulum itu harus selaras dengan berbagi respons sehingga sesuai dengan perbedaan individu.
Kedelapan ; harus efektif dan memberikan hasil pendidik@n yng bersifat bihavioristik, dan tidak meninggalkan dampak emosional yang meledak-ledakdam diri generasi muda. Peda dasarnya kurikulum islam memiliki kelebihan berupa metode pendidik@n yang sahih dan berdampak jauh kedepan serta memilikiberbagai kegiatan islanm yang berhasil dan tersaji dengan jelas.
Kesebilan ; harus sesuai dengan berbagai tingkatan usia anak didik. Untuk semua tingkatan dipilih barbagai metode kurikulum yang sesuai dengan kesiapan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik dalam hal ini yang paling penting adalah tingkatan penguasaan bahasa yang dicapai oleh anak didik hal ini memrlukan studi psikologi islami yang berhubungan dengan karakteristik psikologi, fase-fase perkembangan, serta perkembangn kesiapan dan kemampuan generasi muda muslim.
Kesepuluh ;mperhatikan aspek pendidik@n tentang segi-segi perilaku yang bersifat aktifitas langsung seperti : berjihad, dakwa islam, serta pembangunan masyarakat muslim dalam lingkungan persekolahan sehingga kegiatan ini dapat mewujudkan seluruh rukun islam dan syiarnya, metode pendidik@n dan pengajarannya, serta etika dalam kehidupan siswasecara individudan social.
Pada dasarnya, pendidik@n dan peradaban islam tdk mengenal ilmu yang terkotak-kotak.Bagaimana pun islam adalah merupakan kesatuan yang tidak dapat dipsah-pisah sehingga Islam menganggap seluruh ilmu yang bersumber darinya senatiasa berfunsi untuk menjelaskan dan memelihara sayri’at Islam
Dengan demikian bagaimanapun jenis kurikulum yang digunakan, dalam kegiatan belajar mengajar (kurikulum proyek, terpusat, terpadu, dan terikat) yang terpenting adalah pelaksanaan dan keberhasilan kurikulum tersebut disempurnakan atau dilengkapi dengan aktivitas walaupun hanya berperang sebagai pelengkap. Dalam pengertian, aktivitas diluar proses belajar mengajar formal harus ditetapkan juga secara tertulis, terutama jika proses belajar-mengajar atau kurikulum menghendaki itu.

BAB III
PENUTUP

A.                Kesimpulan
1.              Pengembangan kurikulum pendidik@n agama Islam di sekolah betujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengmalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Serta brakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara .dengan karakteristik kurikulum pendidik@n yang bersumber melalui bahan yang terdapat dalam nash (Al-qur’an dan hadits) serta realitas kehidupan.
2.              pelaksanaan kurikulum pendidik@n islam disekolah melalui tiga pilar yaitu ; kegiata intrakulikuler, kokulikuler, ekstrakulikuler dengan pendekatan 1) pengalaman dalam rangka penanaman nilai-nilai keislaman, 2) Pembiasaan untuk senantiasa mengamalkan ajaran agama Islam, 3) Emosional untuk mengembangkan perasaan keagamaan peserta didik agar bertambah kuat keyakinan akan kebesaran Allah SWT. Dan kebenaran ajaran agamanya,    4) Rasional dalam memahami dan menerima kebenaran ajaran agama Islam, 5) Funsional dengan menekankan kepada segi kemanfaatanbagi peserta didik dalam kehidupan sehari-harisesuai dengan tingkat peerkembangannya.
3.              Ciri-ciri khusus kurikulum pendidik@n Islam yakni sesuai dengan nash Al-Qur’an dan hadits serta ajaran agama islam yang mengandung unsure pragmatis,teoritis, dan teologis

B.                 Saran
Dengan keberadaan makalah ini kami mengharap kita semua dapat terus mengkaji pendidik@n terutama dalam hal ini kurikulum pendidik@n Islam dan pengembangannya ke depan, serta semoga makalah ini enjadi salah satu acuan dalam pengkajian kita.

Daftar pustaka
Muliawan unggu jasa, pendidik@n islam integrative, yogyakarta, Pustaka belajar 2004
Majid Abdul, Dian Andayani, pendidik@n agama islam bebasis kompetensi, bandung; PT. Remaja Rosda Karya,2004
Meru arsyad M. pengembangan kurikulum,sengkang 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar