BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Rasa ingin tahu merupakan tabiat
manusia yang hakiki. Keinginan manusia untuk mengetahui yang baru di dorong
oleh anugrah tertinggi dari Maha Pencipta kepada manusia, yaitu “akal”. Untuk
memuaskan akal maka manusia melakukan penelitian dengan menggunakan metode yang
dianggap mapan untuk menjamin kebenaran dari apa yang ingin diketahui.
Metode menjadi suatu pendekatan,
atau proses untuk menyampaikan informasi melalui rangkaian cara, langkah yang
tertib dan terpola untuk menegaskan bidang keilmuan, terutama yang berkenaan
dengan rencana tertentu yang diatur menjadi seperangkat langkah (apa yang harus
dikerjakan) yang tersusun secara sistematis (urutannya logis) dengan menerapkan
prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran
sesuai dengan teknik-teknik yang digeneralisasikan dengan baik agar dapat
diterima atau digunakan secara sama dalam satu disiplin, praktek, atau bidang
disiplin dan praktek sehingga orientasi aktifitas yang mengarah kepada
persyaratan tugas-tugas dan tujuan-tujuan nyata.
Metode penelitian dapat dipahami
sebagai tata cara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. Sementara itu,
Sugiyono mendefinisikan metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Selanjutnya dalam pengertian yang
luas, dia menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk
mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan
dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan
untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masala[1].
Metodologi penelitian pada
hakikatnya merupakan jalam yang ditempu untuk memperoleh pemahaman tentang
sasaran yang telah ditetapkan yang mempersyaratkan kesaksamaan atau kecermatan
dalam memahami kenyataan dari sasaran tersebut.
Pada awal perkembangan penelitian sangat erat hubungannya dengan
metode ilmiah. Menurut jhon dewey, pola metode ilmiah mngikuti proses berikut:
a)
Identifikasi dan pembatasan masalah, b) Perumusan hipotesis, c) Pengumpulan,
pengorganisasian dan analisis data, d) Perumusan kesimpulan-kesimpulan dan e)
verifikasi, apakah hipotesisi di tolak, diterima atau dimodivikasi.[2]
Penelitian dianggap sebagai suatu
usaha yang dilakukan dengan sistmatis untuk menguji jawaban-jawaban
sementara(hipotesis) tentang masalah yang diteliti melalui pengukuran yang
cermat terhadap fakta yang mencakup sifat formal dan intensif, karena terikat
dengan aturan, urutan, maupun cara penyajiannya agar memperoleh hasil yang
diakui dapat di pertanggungjawabkan dan memecahkan masalah.
Penulis menyusun makalah yang
berjudu “Merumuskan Hipotesis” dalam rangka memperdalam pengetahuan mengenai
hal yang terkait dengan hal tersebut.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan hipotesis?
2.
Apa syarat-syarat hipotesis?
3.
Apa fungsi dan
manfaat hipotesis?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Hipotesis
Ditinjau dari segi etimologi, hipotesis berasal dari akar kata hypo,yang berarti kurang danthesis,
yang berarti pendapat. Kedua kata tersebut membentuk kata hypotesi dan
penyebutan dalam dialek bahasa Indonesia menjadi hipotesa kemudian berubah
menjadi hipotsis yang bermakna suatu ksimpulan yang belum lengkap atau belum
sempurna. Hipotsis dalam pengertian yang lebih luas merupakan kesimpulan
penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan menguji
hipotosis itu melalui penelitian atau data lapangan.[3]
Hipotesis lazim disebut sebagai pemecahan masalah secara teoritis.
Untuk menguji apakah hipotesis sesuai dengan kenyataan(di suatu tempat dan
waktu tertentu), maka penelitian lapangan diadakan.[4]
Penggunaan hipotesis dalam penelitian yang berfungsi sebagai
jawaban sementara terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan. Dengan
hipotesis arah pengujian penelitian akan jelas dengan kata lain hipotesis
menjadi acuan penelitian di lapangan sebagai objek pengujian maupun dalam
pengumpulan data.
Hipotesis merupakan langkah ketiga dalam penelitian setelah
peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Namun perlu
dipahami bahwa tidak semua penelitian harus merumuskan hipotesis. Karena
penelitian yang bersifat eksploratif dan deskripti sering tidak perlu
merumuskan hipotesis.
Penelitian yang merumuskan hipotesis merupakan penelitian yang
bersifat kuatitatif. Pada penelitian kualitatif tidak dirumuskan hipotesis,
tetapi justru diharapkan mampu menemukan hipotesis yang kemudian akan diuji
oleh peneliti dengan menggunakan metode kuantitatif.[5]
Karena eksistensi penelitian kuantitatif itu sendiri adalah pengujian
hipotesis. Maka sejak dini peneliti harus memahami untuk apa hipotesis
dirangcang serta apakah suatu penelitian harus mnggunakan hipotesis atau tidak.
Hipotesis pada kenyataanya merupakan alat yang memiliki kekuatan dalam
proses inkuiri pada metode penelitian. Karena hipotesis dapat menghubungkan
dari teori yang relevan dengan kenyataan yang ada atau dari kenyataan dengan
teori yang relevan.[6]
Dalam buku pedoman penulisan karia tulis ilmiah yang di keluarkan
oleh UIN Alauddin Makassar disebutkan bahwa:
Hipotesis merupakan duagaan sementara terhadap jawaban atas
submasalah yang membutuhkannya. Tujuannya adalah menberikan arah yang jelas
bagi penelitian yang berupaya melakukan verifikasi terhadap kesahihan dan
kesalahan suatu teori.[7]
Hipotesis dapat juga dipandang sebagai konklusi yang sifatnya
sangat sementara[8].
Dia dapat ditolak jika salah satu palsu dan dapat diterima jika fakta
membenarkannya. Sebagai konklusi, hipotesis tidak dibuat dengan sembarang,
melainkan atas dasar pengetahuan tertentu.
Berdasarkan pengertian yang ada maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesis merupakan kesimpulan sementara yang kebenarannya masih perlu diuji
dengan data yang bersumber dari lapangan. Hipotesis dalam posisinya sebagai
salah satu unsur penelitian laksana kompas bagi nahkoda yang dipergunakan
sebagai penentu arah dalam perjalanan.
B.
Syarat-syarat Hipotesis
Menurut burhan bugin formulasi hipotesis haruslah memenuhi beberapa
syarat yakni;
a) Sebuah hipotesis disajikan
dalam formulasi konsisten logis. Hipotsis harus dirumuskan sedemikian
rupa sehingga konsekuansi mutlak yang lahir darinya, tidak merupakan sesuatu
yang berlawana atau ingkonsistensi. Apabila dalam suatu teori terdapat
formulasi yang inkonsistensi, maka dituntut suatu formulasi baru dalam bentuk
sedemikian rupa sehingga ingkonsistensi menjadi tidak nampak dan muncul suatu
formula yang konsisten. b)penggunaan sistem ekonomis. Sesuatu yang tidak
penting dan tidak diujikan secara formal, tidak perlu masuk dalam formulasi
hipotesis. Hipotesis harus dirumuskan sehmat mungkin yang disesuaikan dengan kebutuhan
pengujian. Apabila prinsip ini tidak dipenuhi secara baik, maka pemunculan
hal-hal yang tidak diperlukan dalam formuasi hipotesis hanya sbagai unsur yang
dapat mengcaukan. c)Hipotesis diajukan dengan kemungkinan pengujiannya.
Hipotesisi dibuat dengan suatu kemungkinan bahwa hipotesis tersebut nantinya
akan diuji. d)Hipotesis harus spesifik dan tidak menggunakan bahasa yang ambiguous.Artinya
dapat diuji secara empiris serta dapat menjabarkan ramalan yang dapat diuji
kebenarannya. e)Acuan empiris yang diajukan secara tegas. Dalam hal ini
hipotesis tidak dapat lepas dari jangkauan konsep yang telah didefenisikan.
Oleh karena itu dalam perumusan hipotesis, peneliti harus dapat dengan saksama
menegaskan kmbali makna dari kumpulan gejala empiris yang bersangkutan dengan
pemantulan kembali makna teori yang dipergunakan oleh konsep dalam penelitian.[9]
Hipotesis sebaiknya dibuat sebelum peneliti terjung ke lapangan
untuk mengumpulkan data. Hal ini sejalan dengan pandangan D. Ary yang dikutip
dalam buku Sukardi yang mengatakn bahwa ada dua alasan yang mendasari hal
tersebut yaitu;
a)Hipotesis yang baik menunjukkan bahwa peneliti mempunyai ilmu
pengetahuan yang cukup dalam keitannya dengan permasalahan. b)Bahwa dengan
hipotesis dapat memberikan arah dan petunjuk tentang pengambilan data dan pross
interpretasinya.
Sugiyono dalam bukunya juga mengemukakan hal yang serupa bahwa
hipotesis yang baik;
a)Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan
keadaan variabel pada berbagai sampel dan merupakan hubungan antara dua
variabel atau lebih. (pada umumnya hipotsis deskriktif tidak dirumuskan) b)Dinyatakan dalam kalimat yang jelas,
sehingga tidak menimbulkan brbagai penafsiran. c)Dapat diuji dengan data yang
dikumpulkan dengan metode ilmiah.[10]
Hipotesis yang baik mengisyaratkan adanya suatu pernyataan yang
dapat diuji kebenarannya melalui pembuktian data atau fakta lapangan.
C.
Fungsi dan
Manfaat Penelitian
1. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang
gejala-gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
Untuk dapat
sampai pada pengetahuan yang dapat dipercaya mengenai masalah pendidikan,
peneliti harus melangkah lebih jauh dari pada sekedar mengumpukan fakta yang
berserakan, untuk mencari generalisasi dan antar hubungan yang ada diantara
fakta-fakta tersebut. Antar hubungan dan generalisasi ini akan
memberikan gambaran pola, yang penting untuk memahami persoalan. Pola semacam
ini tidaklah menjadi jelas selama pengumpulandata dilakukan tanpa
arah. Hipotesis yang telah terencana
dengan baik akan memberikan arah dan mengemukakan penjelasan. Karena hipotesis
tersebut dapat diuji dan divalidasi (pengujian kesahiannya) melalui
penyelidikan ilmiah, maka hipotesis dapat membantu kita untuk memperluas
pengetahuan.
2.
Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji
dalam penelitian
Pertanyaan tidak dapat diuji secara langsung. Penelitian memang dimulai
dengan suatu pertanyaan, akan tetapi hanya hubungan antara variabel yang akan dapat duji.
Misalnya, peneliti tidak akan menguji pertanyaan apakah komentar guru
terhadap pekerjaan murid menyebabkan peningkatan hasil belajar murid secara
nyata“? akan tetapi peneliti menguji hipotesis yang tersirat dalam
pertanyaan tersebut “komentar guru terhadap hasil pekerjaan murid,
menyebabkan meningkatnya hasil belajar murid secara nyata“ atau yang
lebih spesifik lagi “skor hasil belajar siswa yang menerima komentar
guru atas pekerjaan mereka sebelumnya akan lebih tinggi dari pada
skor siswa yang tidak menerima komentar guru atas pekerjaan mereka
sebelumnya“. Selanjutnya peneliti, dapat melanjutkan penelitiannya
dengan meneliti hubngan antara kedua vatiabel tersebut, yaitu komentar guru dan
prestasi siswa.
3.
Hipotesis
memberikan arah kepada penelitian
Hipotesis merupakan tujuan khusus. Dengan demikian hipotesis juga
menentukan sifat-sifat data yang diperlukan untuk menguji pernyataan tersebut.
Secara sangat sederhana, hipotesis menunjukkan kepada para peneliti
apa yang harus dilakukan. Fakta yang harus dipilih dan diamati adalah fakta
yang adahubungann nya dengan pertanyaan tertentu. Hipotesislah yang mentukan
relevansi fakta-fakta itu. Hipotesis ini dapat memberikan dasar dalam pemilihan
sampel serta prosedur penelitian yang harus dipakai. Hipotesis jufga dapat
menunjukkan analisis satatistik yang diperlukan dan hubungannya yang
harus menunjukkan analisis statistik yang
diperlukan agar ruang lingkup studi tersebut tetap
terbatas, dengan mencegahnya menjadi terlalu sarat.Sebagia contoh, lihatlah kembali hipotesis
tentang, latihan pra sekolah bagi anak-anak kelas satu yang mengalami hambatan
kultural. Hipotesi ini menunjukkan metode penelitian yang diperlukan serta
sampel yang harus digunakan. Hipotesis inipun bahkan menuntun peneliti kepada
tes statistik yang mungkin diperlukan untuk menganalisis data. Dari pernyataan
hipotesis itu, jelas bahwa peneliti harus melakukan eksperimen yang
membandingkan hasil eblajr dikelas satu dari sampel siswa yang mengalami
hambatan kultural dan telah mengalami program pra sekolah dengan sekelompok
anak serupa yang tidak mengalami progaram pra sekolah. Setiap perbedaan hasil
belajar rata-rat kedua kelompok tersebut dapat dianalaisis denga tes atai
teknik analis variansi, agar dapat diketahui signifikansinya menurut statistik.
4.
Hipotesis
memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan.
Akan sangat memudahkan peneliti jika mengambil setiap hipotesis secara
terpisah dan menyatakan kesimpulan yang relevan dengan hipotesis tersebut. Artinya, peneliti dapat
menyusun bagian laporan tertulis ini diseputar jawaban-jawaban terhadap
hipotesis semula, sehingga membuat penyajian ini lebih berarti dan mudah
dibaca.
Penetapan
hipotesis dalam sebuah penelitian memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian
dan kerja penelitian.
2. Mensiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan
antar fakta, yang kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
3. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang
bercerai-berai tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh.
4. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan
fakta dan antar fakta.
Kualitas manfaat dari hipotesis tersebut akan sangat tergantung pada:
1. Pengamatan yang tajam dari si
peneliti terhadap fakta-fakta yang ada.
2. Imajinasi dan pemikiran kreatif dari
si peneliti.
3. Kerangka analisa yang digunakan oleh
si peneliti.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka pnulis menyimpulkan
bahwa:
1. Hipotesis merupakan dugaan sementara yang sifatnya belum
sempurna dan masih membutuhkan pengujian data lapangan.
2. Syara hipotesis yang dapat diterima adalah memiliki ruang
untuk diuji kebenarannya dengan fakta.
3. Manfaat adanya hipotesis dapat menjadi suatu acuan dalam menggali
data lapangan yang kemudian dikelolah dan di simpulkan.
B. Rekomendasi
Penelitian sangat erat kaitannya dengan
penggalian data baik data lapangan maupun literatur yang telah ada sebelumnya
dalam rangka mmbangun suatu teori atau menguji teori dan bahkan menggkritisi
tori yang ada. Namun dalam melaksanakan kgiatan tersebut dibutuhkan metode yang
cermat dan dapat menyelesaikan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,Bandung,
2009
Amirul Hadi dan
Haryono, Metodologi Penlitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia
Burhan Bugin,
Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Prenada Media Group,2011
Taliziduhu
Ndraha, Research Teori Metodologi Administrasi, Jakarta: PT Bina Aksara, 1985
Sukardi,
Metodologi Penelitian Pendidikan,
Jakarta: PT. Bumi Aksara 2011
UIN Alauddin Makassar,
Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah, Makassar: Alauddin Press, 2013
blogbahruldot]wordpress[dot]com/perumusan Hipotesis
fuddin[dot]wordpressdot]com/Hipotesis Penelitian Pendidikan
lubisgrafura[wordpress[dot]com/Hipotesis Penelitian Pendidikan
pendidikansains[dot]blogspot[dot]com/ Hipotesis Penelitian
Pendidikan
[1]Sugiono, Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,(Cet. VI; Bandung, 2009), h.
2
[2]Amirul Hadi dan
Haryono,Metodologi Penlitian Pendidikan,(Cet. III; Bandung: Pustaka
Setia),h., 11
[3]Burhan Bugin, Metodologi
Penelitian Kuantitatif, (Cet.VI: Jakarta: Prenada Media Group,2011), h.,85
[4]Taliziduhu
Ndraha, Research Teori Metodologi Administrasi, (Cet. II; Jakarta: PT
Bina Aksara, 1985),h. 50
[5]Sugiono,h.,64
[6]Sukardi, Metodologi
Penelitian Pendidikan,(Cet. IX; Jakarta: PT. Bumi Aksara 2011),h.,41
[7]UIN Alauddin
Makassar, Pedoman Penulisan Karya
Tulis Ilmiah, (Cet.I; Makassar: Alauddin Press, 2013), h.,12
[8]Amirul Hadi dan
Haryono, h.,117
[9]Burhan Bugin,
h.,88
[10]Sugiyono, h. 71
Tidak ada komentar:
Posting Komentar