Puisi Akhir Hayat II
( Salam terakhir )
tolong sampaikan salamku ini
buat semua orang yang mengenalku
dan juga sampaikan kata maafku
yang tak terhingga
walau hanya lewat mimpi yang
tiada terucap
salam yang kuucap ini
adalah salam terakhir yang
terucap
demi sebuah kenyataan yang amat
menyakitkan
karena diriku yang tiada berdaya
akan pergi selamanya
kepergianku mungkin membawa luka
luka yang tiada terjawab oleh
waktu
abadikan segala kisahku yang
pernah hadir
agar menjadi kenangan diakhir
zaman
wahai segala kenangan indah
jangan kau perlihatkan wajah
murungmu
karena disaat ini aku yang telah
pergi
dengan wajah lembut secerah
mentari
jangan kau tanya mengapa aku
mengucap salam ini
karena disini akan tumbuh satu
cinta
yang abadi dan tiada terkira
indahnya
bersama kasih keabadian cinta-Nya
jangan pernah kau ratapi
kepergianku
karena disini aku menangtimu
dengan senyuman
senyum kebahagiaan yang tiada
terhapus masa
walau malam berakhir kalam
tolong kalungkan tasbih yang
kupunya itu
kepada kedua anakku yang kutinggal
agar jalan kehidupannya terhampar
nyata
Tuhan, kau tahu betapa cintaku
kepada keduanya
namun aku lebih jauh mencintaimu
maka, tolong sampaikan salam
cintaku padanya
sebagai salam terakhir yang masih
tersisa
“ Sengkang “ 17 – April - 2007
( Genap satu tahun ( Suryanti R )berpulang ke
Rahmatullah )
Segala terimah kasihku
Bimbing aku
kedalam pelukanmu
Yang tiada
terkira tulusnya kasihmu
Wahai permaisuri
belahan jiwa
Dimanakah
gerangan dirimu bertahta
Sungai hening
alirkan sunyi
Pada hati yang
terus menghiba datangnya bayangmu
Masih adakah
harapan untuk bersua kembali denganmu
Seperti dulu dan
sewaktu kita masih bersama
Terima’ kasihku
kuhatur tulus untukmu
Walau kini dikau
telah tiada
Namun cinta
sejatimu akan terus kugenggam
Hingga aku
menemuimu di taman itu
Disini, ditanah
yang dulu kau pijak
Menjadi saksi
tentang keberadaanmu
Manusia pribumi
yang pernah ada
Menebar cinta
kasih dan makna yang sesungguhnya
Pada ilalang
dipinggir ladang
Terberai tangis
para syuhada
Menyambutmu
digapura istana Al-kautzar
Diiringi
nyanyian cinta dewa-dewi penghuninya
Cinta Adalah kita
Cinta adalah
kita
Yang menyatukan
dua hati yang mengbatu
Menjadi nisan diserambi
jiwa
Melati ditaman
hati
Mekar ditaman asmara tiada tersiram
Kini layu
sebelum menampatkan bunganya
Harapan-harapan
mengambang
Seiring
kepergiannya yang tiada kembali
Namun harummu
akan selalu semerbak mewangi
Keindahanmu
tiada terlukiskan kata
Setangkai daunmu
adalah terumbuhan karang
Yang akan
mengilhami manusia yang melihatnya
Pusakamu adalah
cinta yang kau titip
Dari leher
rahimmu terbias lecutan bait pujangga
Yang akan
melelapkan tidur panjangmu
Wasiatmu adalah
kasih yang hakiki
Yang engkau
sematkan ke nadi kecil itu
Yang hingga saat
ini terus menangtimu
Hikayat
Hujan,
ingatkan aku tentang satu wajah
Yang mengilhami
segala deruhan napasku
Yang
mendenyutkan nadiku
Hingga
kuterlelap disamping nisan ditanah datar
Pelangi,
masih ingatkah kau pada rindumu
Ketika hujan tak
jua turun meniti
Walau kau telah
tengadah menghiba
Kerinduan batin
yang tiada berujung
Angin,
senja tak juga
menampatkan senyumnya
walau malam akan
datang menemui
namun di tetap
setia pada hatinya
yang takkan terganggu
siulan angina senja
kemarau,
masihkah kau
menyangsikan cinta yang indah ini
pada satu bunga
yang telah lama layu
Assalamu
Alaikum Ya…Nabi
Assalamu Alaika
Ya… Nabi
Aku titip satu
jazad yang mengdahuluiku
Jadikan pelita
digelap dialam yang ia huni
Assalamu alaika
Ya… Rasul
Kepergiannya
membawa goresan luka dihatinya
Maka hiburlah
dirinya dengan segala fatwamu
Assalamu Alaika
Ya … Nabi akhir zaman
Belai sukmanya
dengan belaian kasihmu
Agar terlelap
tidurnya disisimu
Assalamu Alaika
Ya …Rasul Allah
Bimbinglah
dirinya yang masih hijau ranum
Agar menjadi
pengikutmu yang selalu bersolawat
Assalamu Alaikum
Wahai Orang Suci
Jangan pernah
kau tinggalkan dirinya dikegelapan
Karena kesunyiannya
adalah kegelapanku yang nyata
Assalamu Alaikum
Ya ...Rabbiullah
Dari sini segala
puji-pujian tercurah untukmu
Maka curahkanlah
segala rasa cintamu padanya
Assalamu Alaikum
Ya …Rahmatullah
Kututup tangisan
jiwa ini dengan sholawatku
Hingga aku menemuimu
diakhir masa
Aku disini menangtimu
Telah terbentang
negeri penyair
Hingga tanah
terbelah dua mengigil
Syair-syair
menelayah
Penuhi semesta
raya yang tak berujung
Telah terdengar
swara-swara memanggil
Dari balik
langit yang menjulang
Selaksa suara
sangkakala mengema
Penuhi ruang
hidup manusia kecil dibawahnya
Telah tercium
aroma daun quldy
Yang gugur diterpa angin sorga
Didalam hening hati yang
terperih
Terucap doa-doa
yang tiada terdengar
Tampamu waktu
berlalu begitu derasnya
Dalam lingkaran
sunyi kumenyendiri
Merenungi segala
asa itu
Yang berlalu
pergi begitu saja
Hamparan langit
jingga menebar kekalutannya
Entah kemana
perginya kekasihnya
Seperti diriku
yang tiada terkira rindunya
Kepada satu
wajah yang telah lama menghilang
Selamat Ulang Tahun Anakku
Dihari ini, segala kenangan
terberai
Engkau terlahir tampa seorang ibu disisimu
Azimatnya tergantung dubun-ubunmu
Yang akan menjadi pelita penerang
langkahmu
Jika aku adalah dirimu
Akan terbelah matahari menahan
pedih
Derita batin yang tiada beratap
Yang akan menghiasi segala hari-harimu
Dihari ini, genap satu tahun
usiamu
Anakku, serpihan hati bunda
Pagari nisan bundamu dengan
tasbih yang tersisa
Jika engkau mengerti akan segala
kasihnya
Sebarilah dengan kasih yang dia
titip
Dihari ini, air mataku menetes
lagi
Mengingatmu dan disaat –saat
engkau terlahir
Halimun kecil mengbalut tubuh
mungilmu
Hingga tangisan pertamamu
mengbahana
Aku tak bisa menghibahkan apa-apa
hanya tangisan jiwa yang tiada habisnya
Dengarlah walau hanya sekejap
Maka rembulanpun akan menangis
Selamat ulang tahun anakku,
Hanya tulisan raga ini yang
kuhatur
Tulus tiada terkira indahnya
Yang kupersembahkan hanya untukmu
Selamat ulang tahun anakku
Kaidah-kaidah akan beterbangan
Raih dan jadikat azimat dalam
petuah hidupmu
Hingga dikau menemui bundamu di
negeri seberang
Sengkang 17
– April - 2007
Bara hati dikalung mimpi
Tangisan para pengabdi membahana
Bergetar tanah menangti asa
Jilati ubun-ubun langit disisi
samudra
Singgasana dewa telah berpaling
Tahtahnya telah lama tertatih
Kemuning hatinya menghiba
Datangnya angin perubahan yang ia
nangti
Religi hidupmu tiada terperih
Kasih sayangmu adalah matahari
Yang akan terus menyinari anak
bangsa ini
Hingga malam satang menyapa
Guruku, segala terimah kasih
terhatur untukmu
Samudara tak mampu menampung
segala penakmu
Letihmu dan peluhmu bagai butiean
permata
Yang terang diterpa sinar pagi
Betapa gelapnya bumi tampa hadirmu
Pelita penerang segala kebajikan
Yang terus bergetar didenyut nadi
kami
Sampai kalam-kalam sudah tak lagi
terbaca
Serenada
cinta berpaling
Segala kisah terindah telah
kulalui
Lewati episiode cinta yang
sempurna bersamamu
Tangisan bahagia selalu menyertai
Namun diakhir episode itu segala
tangisan pilu mendekap
Kini aku sendiri tampa siapa-siapa
Hidup terasa sunyi bagaikan
ditengah lautan
Hanya deruhan ombak dan nyanyian
angin yang terasa
Membalut nurani yang merindukan
kasih yang telah pergi
Setahun sudah ia berlalu dari
hidupku
Namun segala bayangnya datang dan
tiada berlalu
Segala kisahnya tergiang kembali
Bagaikan siulan bulan sabit
ditengah hamparan langit
Aku tak pernah menyesal
mencintainya
Walau hanya sesat namun itu
sangat amat berarti bagiku
Karena hanya dirimu nadiku
berdetak
Karena dirimu asmaragamaku
mengambang
Aku takkan pernah memungkiri
makna hadirmu
Yang tiada terkira indahnya
membungkam sanubariku
Menutup segala mata hati yang
menyempit
Oleh segala keanggunanmu sebagai
seorang wanita
Disaat
ini kemana arah kaki melangkah
Mencari segala serpihan hati yang
mulai merindu
Kepada satu wajah yang telah
kembali selamanya
Kini kemana lagi kusandarkan
segala kepenatan hati
Haruskah kusudahi segala kisah
ini dan berpaling pada bulan
Dan mengubur segala kenangan itu
didasar samudra hati
Hingga pagi datang menyapa
Tak kucium lagi wajah asih bunga
kasturi
Yang kini telah tumbuh ditaman
swarnaloka
Dan meninggalkan segala kenangan
indahnya dibumi
Hingga aku datang menyiramnya
diakhir episiode rindu
Dendang cinta untuk auraku
dari atas tanah
yang kupijak ini
tak kupingkiri
rasa rindu yang menerpa
disini, diatas
tanah leluhurku
kuhatur segala
perihku untuk mengenangmu
jauh dirimu
mengembara meninggalkan raga ini
meniti titian
langit dan padang
tandus
bersama sepi dan
semangat yang masih tersisa
rasa cinta ini
masih terasa indahnya
walau waktu
sudah tak memperdulikannya lagi
namun jiwaku
masih terus bersanding dengan jasadmu
walau terasa
lelah namun serasa indah
tak terpenggal
kata-kata untuk menyangjungmu
karena hadirmu
menghadirkan cinta
dalam satu
cerita yang terlalu dini berakhir
dongeng-dongeng
masa lalu telah tertutup
kisah-kisah
telah menghilang
yang tertinggal
hanya kalam-kalam yang tak berwajah
walau berupa
namun sudah tak berbentuk
hingga engkau
hadir dialtar mengelus mimpi
membawa azimat
yang terlupa
guru, oh….guru…….
( Karena engkau
seorang pengabdi )
jika engkau mengeluh
keluhanmu adalah matahari
yang akan mengilhami
dan menyinari jiwa kami
patriot yang mulai terlupa
tangisan kecilmu adalah bulan
bersinar terang didalam gelap
bagai lilin kecil ditengah padang
pengabdi yang setia
peluhmu adalah butiran permata
menetes bagai butiran hujan
ditengah kemarau
dunia gelap serasa malam tiada
berujung
lirik dan lihat keluhnya
dan alampun mulai terkesima
untukmu para pengabdi
sebentar lagi fajar menjemputmu
nadimu mulai berdetak
naik perahulah keatas bukit
isi dalam samudra dan belangtara
rimba
tempat pertapaanmu mengabdi
untuk kemajuan negeri yang dikau
pijak
hingga kebodohan tak lagi bising
engkau lihat kerutan liar
diwajahmu
dari cermin yang telah usang
selama inikah dikau terus mengeja
walau kesejahteraanmu belum
beranjak
guru, oh……….guru
nikmatilah hari tuamu dengan
wasangka
dan jangan pernah engkau
berpaling
pada nyanyian senja yang
melenakanmu
biarkan aku
merindu
senandung lagu
rindu terus mengalung
dari bilik-bilik
hati yang terbelilit
oleh satu wajah
yang terus terbayang
hingga hari
terakhir kupijak tanah ini
kesakralan
cintanya telah ia berikan
pada satu bulan
purnama yang menyinarinya
hujanpun tak mampu
menafsirkan segala maknanya
walau deraian
burung dara terus mengalung
oh, kekasih hati
yang telah pergi
takkan habis
kata-kata untuk menyanjungmu
bait demi bait
akan terus berlalu
seiring datangnya
kelopak bunga matahari
Inspirasi kecilku
Benakku serasa melayang menembus
aral
Pada satu wajah yang berselempang
semangat baja
Engtah kemana perginya peri kecil
itu
Yang selalu memberiku segala
inspirasi yang tiada berakhir
Tatap matamu tajam menusuk uluhati
Rambutmu lebak bagai isi dalam
rimba belangtara
Putihmu sebening rembulan senja
Kemuning bak sutera permadani hijau
Membelaimu hayali aku tentang
bintang
Yang tiada perihnya menerangi malam
Lembutmu bagai awan putih yang
berarak
Getaran kasihmu tiada berujung
tulusnya
Oh dewi mimpiku,
Lama jua kita tak bersua
Walau hanya lewat seungtai mimpi
malam
Jangan pernah kau harap aku
melupakan senyummu
Andai saat ini kita bersama
Segala luapan rindu akan
bercengkrama dengan hadirmu
Andai aku ditemani seorang bidadari
Aku ingin kau yang berwujud
bidadari itu
Matahari sudah tak memberiku ruang
Waktuku serasa sempit tampa hadirmu disisiku
Hidup sudah tiada arah
Kaki tersandung-sandung jika
melangkah
Oh, inspirasi kecilku
Kapan lagi kau datang menemaniku
hidupku
Sunset sudah bosan menyalami
galauku
Seperti bulan sudah taklagi
menerangi segala malamku
Penantian yang tiada berakhir
Apa kabar bunda kurawa
Deraian pucuk pinus harum semerbat
Mewangi hingga kedalam denyut
jantung matahari
Yang sampai saat ini masih setia
menyinari kami
Kabar baikkah dikau dialam barumu
Kabari kami yang telah lama
merindukanmu
Aku tahu engkaupun merindukan kami
Yang tiada terkira dalam mengoyak
nadimu
Pesanmu dari surga telah kuterimah
Dirimu merasa sunyi tampaku
Begitupun juga adanya dengan
diriku
Kesunyian meresapi sepi yang tak
pernah terwujud
Jika engkau pergi bawalah diriku
bersamamu
Kumemohon pada-Nya jadikan aku
pendampingmu lagi kelak
Jika aku dendangkan lagu itu hanya
untukmu
Takkan kubagi cinta yang kau titip
ini
Dari balik bilik kesunyian diri
kuterus menangtimu
Walau kutahu itu tiada dapat
terwujud, tapi itulah kesakralan cintamu
yang pernah kau beri lewat tiupan
angin senja
Wajahmu kembali terbias diatas
pelangi
Angankupun menerawang jauh
kelembah penangtian yang tiada berakhir
Oh, penungtun hidupku, kaki terasa
berat untuk melangkah
Tiada lagi pemberiku harapan
Seperti dulu sewaktu kita tiada
terpisahkan oleh masa
Ruang waktupun sudah semakin
menyempit
Bintang penerang jalanku sudah
taklagi bersinar
Seiring datangnya siulan angin
sorga itu
Yang akan menuntungmu ke
singgasanamu
Abadi tempatmu bertapa untuk
menangti hadirku dan kedua anakmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar