AKAN SELALU ADA JALAN BAGI YANG MAU BERBUAT

Safaruddinufe1121@gmail.com

TRANSLATE



JapaneseGermanEnglishFrenchSpainChinese SimplifiedArabicRussian

Translate

visitor

Jumat, 04 Juli 2014

Puisi Akhir Hayat II
( Salam terakhir )

tolong sampaikan salamku ini
buat semua orang yang mengenalku
dan juga sampaikan kata maafku yang tak terhingga
walau hanya lewat mimpi yang tiada terucap

salam yang kuucap ini
adalah salam terakhir yang terucap
demi sebuah kenyataan yang amat menyakitkan
karena diriku yang tiada berdaya akan pergi selamanya

kepergianku mungkin membawa luka
luka yang tiada terjawab oleh waktu
abadikan segala kisahku yang pernah hadir
agar menjadi kenangan diakhir zaman

wahai segala kenangan indah
jangan kau perlihatkan wajah murungmu
karena disaat ini aku yang telah pergi
dengan wajah lembut secerah mentari

jangan kau tanya mengapa aku mengucap salam ini
karena disini akan tumbuh satu cinta
yang abadi dan tiada terkira indahnya
bersama kasih keabadian cinta-Nya

jangan pernah kau ratapi kepergianku
karena disini aku menangtimu dengan senyuman
senyum kebahagiaan yang tiada terhapus masa
walau malam berakhir kalam

tolong kalungkan tasbih yang kupunya itu
kepada kedua anakku yang kutinggal
agar jalan kehidupannya terhampar nyata
tampa cemohan yang selalu mendekapnya

Tuhan, kau tahu betapa cintaku kepada keduanya
namun aku lebih jauh mencintaimu
maka, tolong sampaikan salam cintaku padanya
sebagai salam terakhir yang masih tersisa


                                             “ Sengkang “ 17 – April - 2007
                       ( Genap satu tahun ( Suryanti R )berpulang ke Rahmatullah )
Segala terimah kasihku


Bimbing aku kedalam pelukanmu
Yang tiada terkira tulusnya kasihmu
Wahai permaisuri belahan jiwa
Dimanakah gerangan dirimu bertahta

Sungai hening alirkan sunyi
Pada hati yang terus menghiba datangnya bayangmu
Masih adakah harapan untuk bersua kembali denganmu
Seperti dulu dan sewaktu kita masih bersama

Terima’ kasihku kuhatur tulus untukmu
Walau kini dikau telah tiada
Namun cinta sejatimu akan terus kugenggam
Hingga aku menemuimu di taman itu

Disini, ditanah yang dulu kau pijak
Menjadi saksi tentang keberadaanmu
Manusia pribumi yang pernah ada
Menebar cinta kasih dan makna yang sesungguhnya

Pada ilalang dipinggir ladang
Terberai tangis para syuhada
Menyambutmu digapura istana Al-kautzar
Diiringi nyanyian cinta dewa-dewi penghuninya





Cinta Adalah kita

Cinta adalah kita
Yang menyatukan dua hati yang mengbatu
Menjadi nisan diserambi jiwa

Melati ditaman hati
Mekar ditaman asmara tiada tersiram
Kini layu sebelum menampatkan bunganya

Harapan-harapan mengambang
Seiring kepergiannya yang tiada kembali
Namun harummu akan selalu semerbak mewangi

Keindahanmu tiada terlukiskan kata
Setangkai daunmu adalah terumbuhan karang
Yang akan mengilhami manusia yang melihatnya

Pusakamu adalah cinta yang kau titip
Dari leher rahimmu terbias lecutan bait pujangga
Yang akan melelapkan tidur panjangmu

Wasiatmu adalah kasih yang hakiki
Yang engkau sematkan ke nadi kecil itu
Yang hingga saat ini terus menangtimu







Hikayat


Hujan,
 ingatkan aku tentang satu wajah
Yang mengilhami segala deruhan napasku
Yang mendenyutkan nadiku
Hingga kuterlelap disamping nisan ditanah datar

Pelangi,
 masih ingatkah kau pada rindumu
Ketika hujan tak jua turun meniti
Walau kau telah tengadah menghiba
Kerinduan batin yang tiada berujung

Angin,
senja tak juga menampatkan senyumnya
walau malam akan datang menemui
namun di tetap setia pada hatinya
yang takkan terganggu siulan angina senja

kemarau,
masihkah kau menyangsikan cinta yang indah ini
tampa suara menelayah menembus sekeping hati
pada satu bunga yang telah lama layu








               Assalamu Alaikum Ya…Nabi


Assalamu Alaika Ya… Nabi
Aku titip satu jazad yang mengdahuluiku
Jadikan pelita digelap dialam yang ia huni

Assalamu alaika Ya… Rasul
Kepergiannya membawa goresan luka dihatinya
Maka hiburlah dirinya dengan segala fatwamu

Assalamu Alaika Ya … Nabi akhir zaman
Belai sukmanya dengan belaian kasihmu
Agar terlelap tidurnya disisimu

Assalamu Alaika Ya …Rasul Allah
Bimbinglah dirinya yang masih hijau ranum
Agar menjadi pengikutmu yang selalu bersolawat

Assalamu Alaikum Wahai Orang Suci
Jangan pernah kau tinggalkan dirinya dikegelapan
Karena kesunyiannya adalah kegelapanku yang nyata

Assalamu Alaikum Ya ...Rabbiullah
Dari sini segala puji-pujian tercurah untukmu
Maka curahkanlah segala rasa cintamu padanya

Assalamu Alaikum Ya …Rahmatullah
Kututup tangisan jiwa ini dengan sholawatku
Hingga aku menemuimu diakhir masa


Aku disini menangtimu

Telah terbentang negeri penyair
Hingga tanah terbelah dua mengigil
Syair-syair menelayah
Penuhi semesta raya yang tak berujung

Telah terdengar swara-swara memanggil
Dari balik langit yang menjulang
Selaksa suara sangkakala mengema
Penuhi ruang hidup manusia kecil dibawahnya

Telah tercium aroma daun quldy
               Yang gugur diterpa angin sorga
               Didalam hening hati yang terperih
Terucap doa-doa yang tiada terdengar

Tampamu waktu berlalu begitu derasnya
Dalam lingkaran sunyi kumenyendiri
Merenungi segala asa itu
Yang berlalu pergi begitu  saja

Hamparan langit jingga menebar kekalutannya
Entah kemana perginya kekasihnya
Seperti diriku yang tiada terkira rindunya
Kepada satu wajah yang telah lama menghilang





Selamat Ulang Tahun Anakku


Dihari ini, segala kenangan terberai
Engkau terlahir tampa seorang ibu disisimu
Azimatnya tergantung dubun-ubunmu
Yang akan menjadi pelita penerang langkahmu

Jika aku adalah dirimu
Akan terbelah matahari menahan pedih
Derita batin yang tiada beratap
Yang akan menghiasi segala hari-harimu

Dihari ini, genap satu tahun usiamu
Tampa tetesan air susu mengbasahi wajahmu
Tampa ciuman sakral yang membangunkanmu
Tampa belaian yang akan melelapkan tidurmu

Anakku, serpihan hati bunda
Pagari nisan bundamu dengan tasbih yang tersisa
Jika engkau mengerti akan segala kasihnya
Sebarilah dengan kasih yang dia titip

Dihari ini, air mataku menetes lagi
Mengingatmu dan disaat –saat engkau terlahir
Halimun kecil mengbalut tubuh mungilmu
Hingga tangisan pertamamu mengbahana

Aku tak bisa menghibahkan apa-apa
hanya tangisan jiwa  yang tiada habisnya
Dengarlah walau hanya sekejap
Maka rembulanpun akan menangis

Selamat ulang tahun anakku,
Hanya tulisan raga ini yang kuhatur
Tulus tiada terkira indahnya
Yang kupersembahkan hanya untukmu

Selamat ulang tahun anakku
Kaidah-kaidah akan beterbangan
Raih dan jadikat azimat dalam petuah hidupmu
Hingga dikau menemui bundamu di negeri seberang


                                                                             Sengkang 17 – April -  2007
 Segenap Terimah
Bara hati dikalung mimpi
Tangisan para pengabdi membahana
Bergetar tanah menangti asa
Jilati ubun-ubun langit disisi samudra

Singgasana dewa telah berpaling
Tahtahnya telah lama tertatih
Kemuning hatinya menghiba
Datangnya angin perubahan yang ia nangti

Religi hidupmu tiada terperih
Kasih sayangmu adalah matahari
Yang akan terus menyinari anak bangsa ini
Hingga malam satang menyapa

Guruku, segala terimah kasih terhatur untukmu
Samudara tak mampu menampung segala penakmu
Letihmu dan peluhmu bagai butiean permata
Yang terang diterpa sinar pagi

Betapa gelapnya bumi tampa hadirmu
Pelita penerang segala kebajikan
Yang terus bergetar didenyut nadi kami
Sampai kalam-kalam sudah tak lagi terbaca


               Serenada cinta berpaling 

Segala kisah terindah telah kulalui
Lewati episiode cinta yang sempurna bersamamu
Tangisan bahagia selalu menyertai
Namun diakhir episode itu segala tangisan pilu mendekap

Kini aku sendiri tampa siapa-siapa
Hidup terasa sunyi bagaikan ditengah lautan
Hanya deruhan ombak dan nyanyian angin yang terasa
Membalut nurani yang merindukan kasih yang telah pergi

Setahun sudah ia berlalu dari hidupku
Namun segala bayangnya datang dan tiada berlalu
Segala kisahnya tergiang kembali
Bagaikan siulan bulan sabit ditengah hamparan langit

Aku tak pernah menyesal mencintainya
Walau hanya sesat namun itu sangat amat berarti bagiku
Karena hanya dirimu nadiku berdetak
Karena dirimu asmaragamaku mengambang

Aku takkan pernah memungkiri makna hadirmu
Yang tiada terkira indahnya membungkam sanubariku
Menutup segala mata hati yang menyempit
Oleh segala keanggunanmu sebagai seorang wanita

               Disaat ini kemana arah kaki melangkah
Mencari segala serpihan hati yang mulai merindu
Kepada satu wajah yang telah kembali selamanya
Tampa kesadaran keakuangku berucap pelan

Kini kemana lagi kusandarkan segala kepenatan hati
Haruskah kusudahi segala kisah ini dan berpaling pada bulan
Dan mengubur segala kenangan itu didasar samudra hati
Hingga pagi datang menyapa

Tak kucium lagi wajah asih bunga kasturi
Yang kini telah tumbuh ditaman swarnaloka
Dan meninggalkan segala kenangan indahnya dibumi
Hingga aku datang menyiramnya diakhir episiode rindu




Dendang cinta untuk auraku


dari atas tanah yang kupijak ini
tak kupingkiri rasa rindu yang menerpa
disini, diatas tanah leluhurku
kuhatur segala perihku untuk mengenangmu
jauh dirimu mengembara meninggalkan raga ini
meniti titian langit dan padang tandus
bersama sepi dan semangat yang masih tersisa

rasa cinta ini masih terasa indahnya
walau waktu sudah tak memperdulikannya lagi
namun jiwaku masih terus bersanding dengan jasadmu
walau terasa lelah namun serasa indah
tak terpenggal kata-kata untuk menyangjungmu
karena hadirmu menghadirkan cinta
dalam satu cerita yang terlalu dini berakhir

dongeng-dongeng masa lalu telah tertutup
kisah-kisah telah menghilang
yang tertinggal hanya kalam-kalam yang tak berwajah
walau berupa namun sudah tak berbentuk
hingga engkau hadir dialtar mengelus mimpi
membawa azimat yang terlupa

               guru, oh….guru…….
               ( Karena engkau seorang pengabdi )

jika engkau mengeluh
keluhanmu adalah matahari
yang akan mengilhami
dan menyinari jiwa kami

patriot yang mulai terlupa
tangisan kecilmu adalah bulan
bersinar terang didalam gelap
bagai lilin kecil ditengah padang

pengabdi yang setia
peluhmu adalah butiran permata
menetes bagai butiran hujan
ditengah kemarau

tampa hadirmu
dunia gelap serasa malam tiada berujung
lirik dan lihat keluhnya
dan alampun mulai terkesima

untukmu para pengabdi
sebentar lagi fajar menjemputmu
nadimu mulai berdetak
naik perahulah keatas bukit

isi dalam samudra dan belangtara rimba
tempat pertapaanmu mengabdi
untuk kemajuan negeri yang dikau pijak
hingga kebodohan tak lagi bising

engkau lihat kerutan liar diwajahmu
dari cermin yang telah usang
selama inikah dikau terus mengeja
walau kesejahteraanmu belum beranjak

guru, oh……….guru
nikmatilah hari tuamu dengan wasangka
dan jangan pernah engkau berpaling
pada nyanyian senja yang melenakanmu
            biarkan aku merindu

senandung lagu rindu terus mengalung
dari bilik-bilik hati yang terbelilit
oleh satu wajah yang terus terbayang
hingga hari terakhir kupijak tanah ini

kesakralan cintanya telah ia berikan
pada satu bulan purnama yang menyinarinya
hujanpun tak mampu menafsirkan segala maknanya
walau deraian burung dara terus mengalung

oh, kekasih hati yang telah pergi
takkan habis kata-kata untuk menyanjungmu
bait demi bait akan terus berlalu
seiring datangnya kelopak bunga matahari

            Inspirasi kecilku


Benakku serasa melayang menembus aral
Pada satu wajah yang berselempang semangat baja
Engtah kemana perginya peri kecil itu
Yang selalu memberiku segala inspirasi yang tiada berakhir

Tatap matamu tajam menusuk uluhati
Rambutmu lebak bagai isi dalam rimba belangtara
Putihmu sebening rembulan senja
Kemuning bak sutera permadani hijau

Membelaimu hayali aku tentang bintang
Yang tiada perihnya menerangi malam
Lembutmu bagai awan putih yang berarak
Getaran kasihmu tiada berujung tulusnya

Oh dewi mimpiku,
Lama jua kita tak bersua
Walau hanya lewat seungtai mimpi malam
Jangan pernah kau harap aku melupakan senyummu

Andai saat ini kita bersama
Segala luapan rindu akan bercengkrama dengan hadirmu
Andai aku ditemani seorang bidadari
Aku ingin kau yang berwujud bidadari itu

Matahari sudah tak memberiku ruang
Waktuku serasa sempit tampa hadirmu disisiku
Hidup sudah tiada arah
Kaki tersandung-sandung jika melangkah

Oh, inspirasi kecilku
Kapan lagi kau datang menemaniku hidupku
Sunset sudah bosan menyalami galauku
Seperti bulan sudah taklagi menerangi segala malamku


    Penantian yang tiada berakhir

Apa kabar bunda kurawa
Deraian pucuk pinus harum semerbat
Mewangi hingga kedalam denyut jantung matahari
Yang sampai saat ini masih setia menyinari kami

Kabar baikkah dikau dialam barumu
Kabari kami yang telah lama merindukanmu
Aku tahu engkaupun merindukan kami
Yang tiada terkira dalam mengoyak nadimu

Pesanmu dari surga telah kuterimah
Dirimu merasa sunyi tampaku
Begitupun juga adanya dengan diriku
Kesunyian meresapi sepi yang tak pernah terwujud

Jika engkau pergi bawalah diriku bersamamu
Kumemohon pada-Nya jadikan aku pendampingmu lagi kelak
Jika aku dendangkan lagu itu hanya untukmu
Takkan kubagi cinta yang kau titip ini

Dari balik bilik kesunyian diri kuterus menangtimu
Walau kutahu itu tiada dapat terwujud, tapi itulah kesakralan cintamu
yang pernah kau beri lewat tiupan angin senja
Wajahmu kembali terbias diatas pelangi
Angankupun menerawang jauh kelembah penangtian yang tiada berakhir

Oh, penungtun hidupku, kaki terasa berat untuk melangkah
Tiada lagi pemberiku harapan
Seperti dulu sewaktu kita tiada terpisahkan oleh masa
Ruang waktupun sudah semakin menyempit

Bintang penerang jalanku sudah taklagi bersinar
Seiring datangnya siulan angin sorga itu
Yang akan menuntungmu ke singgasanamu
Abadi tempatmu bertapa untuk menangti hadirku dan kedua anakmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar