BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
PSIKOLOGI
Telah kita kenal Psikologi adalah “ Ilmu Jiwa” istilah
psikologi berasal dari bahasa Inggris “Psychology” merupakan dua akar kata yang
bersumber dari bahasa greek ( yunani ) yaitu psych yang artinya jiwa dan logos
yang artinya “ Ilmu”[1]
Dalam bahasa Arab, psikologi disebut dengan “Ilmu an Nafsi”.
Yang belakangan kemudian dikembangkan menjadi satu ilmu bernama “Nafsiologi”.
Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan “Ilmu Jiwa”.
Menurut Bruno ( 1987) dalam Syah (1996:8) membagi pngertian
psikologi menjadi tiga bagian yang pada prinsipnya saling berkaitan
1. Psikologi adalah studi mengenai Ruh
2. Psikologi adalah ilmu pengetahuan
mengenai kehidupan mental.
3. psikologi adalah ilmu pengetahuan
menganai perilaku organisme.
Sarwono ( 1976) juga mengamukakan
beberapa definisi psikologi.
1. Psikologi adalah ilmu yang
mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.
2. psikologi adalah studi yang
mempelajari hakikat manusia.
3. psikologi adalah ilmu yang
mempelajari respon yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya.
Sujito (1985-1) menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu yang
mempelajari atau menyelidiki pernyataan – pernyataan jiwa
Jadi dari beberapa definisi diatas dapat dirumuskan bahwa
psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu (
manusia ) dalam interaksi dengan lingkungannya.
Psikologi secara umum mempelajari gejala kejiwaan manusia
yang berkaitan dengan pikiran ( cognisi ), perasaan ( emotion ) dan kehendak (
conasi )
Psikologi secara umum dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari gejala jiwa manusia yang normal , dewasa dan beradab ( jalaluddin,
et, al, 1979.77 )
Menurut Robert H. Thouless Psikologi sekarang dipergunakan
secara umum untuk ilmu tentang tingkah laku dan pengalaman manusia .
Sedang menurut Dra. Kartini kartono dalam psikologi anak
adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang dimulai dari masa
bayi, anak pemain, anak sekolah, masa remaja, sampai periode adolesens menjelan
dewasa.[2]
Jadi definisi psikologi secara umum yaitu meneliti dan
mempelajari kejiwaan yang ada dibelakangnya. Karena jiwa itu sendiri bersifat
abstrak.
Merujuk
pada pengertian yang terakhir, psikologi dapat dirumuskan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang perbuatan dan tingkah laku manusia dalam kehidupannya. Tingkah
laku yang dimaksud disini adalah suatu aktifitas yang meliputi proses berpikir,
beremosi, dan mengambil keputusan. Walaupun aktifitas tersebut tidak dapat
diamati secara langsung namun dapat diduga melalui tingkah laku yang tampak.
Tingkah laku ini tidaklah muncul begitu saja, melainkan didapat dari suatu
penyebab-penyebab yang ada. Penyebab ini tidaklah satu melainkan oleh
bermacam-macam penyebab yang saling terkait satu sama lainnya.
Sedangkan para ahli psikologi
terdahulu, mendefinisikan bidang mereka sebagai “suatu kegiatan mental”. Dengan
berkembangnya aliran behaviorisme tahun 1930-an sampai 1960-an yang
menekankan pada studi yang dapat mengukur fenomena secara objektif, maka
psikologi didefinisikan sebagai “studi mengenai perilaku”. Namun setelah
Psikologi kognitif dan fenomenologis menyusul perkembangan tersebut, maka
definisi psikologi sekarang mencakup acuan mengenai “studi mengenai proses
perilaku dan mental”.
Dari berkembangnya definisi tersebut, kini kita
mendefinisikan psikologi sebagai studi ilmiah mengenai proses perilaku dan
proses mental. Definisi ini mencerminkan perhatian psikologi terhadap studi
objektif mengenai perilaku yang diamati. Definisi ini juga mengakui pentingnya
proses mental yang tidak dapat diamati secara langsung. Namun kesimpulannya
juga harus dapat mempertimbangkan aspek behaviorisme dan neurobiologis.
Namun
kesimpulan diatas, tidak terlepas dari beberapa pendapat para ahli tentang
definisi psikologi :
·
Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental, termasuk
fenomena dan kondisi - kondisinya. Fenomena adalah apa yang kita sebut sebagai
perasaan, keinginan,kognisi, berpikiran logis, keputusan - keputusan dan
sebagainya. (James,Wiliiam. 1980).
·
Psikologi bertugas menyelidiki apa yang kita sebut
pengalaman bagian dalam sensai dan perasaan kita sendiri, pikiran serta
kehendak kita yang bertolak belakang dengan setiap objek pengalaman luar yang
melahirkan pokok permasalahan ilmu alam. (Wundt,Wihelm. 1892)
·
Semua kesadaran di mana saja normal atau abnormal, manusia
atau binatang merupakan pokok permasalahan yang dicoba untuk dijelaskan oleh
ahli psikologi, dan tidak ada definisi ilmu yang sepenuhnya dapat diterima,
semua bunyinya kurang lebih sama. (Angell, James. 1910).
·
Bagi aliran behaviorisme psikologi merupakan bagian dari ilmu
alam yang menekankan perilaku manusia perbuatan dan ucapannya baik yang
dipelajari maupun yang tidak sebagai pokok masalah. (Watson.B,John.1919)
·
Psikologi biasanya didefinisikan sebagai studi ilmiah
mengenai perilaku. Lingkupnya mencakup berbagai proses perilaku yang dapat
diamati, seperti gerak tangan; cara berbicara dan perubahan kejiwaan dan proses
yang hanya dapat diartikan sebagai pikiran dan mimpi. (George, Milter&
Clark, Kenneth. 1970)
·
Psikologi merupakan analisis ilmiah mengenai proses mental dan
struktur daya ingat untuk memahami perilaku manusia. (Mayer,Richard. 1981)[3]
B. PENTINGNYA
PSIKOLOGI TERHADAP PENDIDIKAN
Prilaku
individu selalu memiliki latar belakang tertentu. orang-orang yang dalam
pekerjaanya lebih banyak berhadapan dengan benda, tanaman atau hewan tidak atau
sedikit sekali membutuhkan pengetahuan tentang psikologi, tetapi sebaliknya
orang-orang yang banyak menghadapi manusia, mereka sangat membutuhkan
pengetahuan tentang psikologi. agar seorang bisa memberikan pelayanan, perilaku
atau tindakan yang tepat terhadap orang lain, terlebih dahulu ia perlu memahami
segala karakteristik, , sifat, sikat, kemampuan dan hal-hal yang
melatarbelakangi perilaku orang yang dihadapinya. hanya dengan pemahaman yang
mendalam dan meluas seseorang dapat memilih tindakan yang tepat terhadap orang
lain. dasar-dasar pemahaman tentang perilaku individu dengan segala latar
belakang inilah yang menjadi bahan kajian dalam psikologi.[4]
Dari uraian di astas
ada dua tujuan utama dari studi psikologi. pertama,
agar seseorang mempunyai pemahaman yang lebih baik terhadap individu, baik
diri sendiri maupun orang lain. kedua,
dengan hasil pemahaman tersebut seorang diharap dapat bertindak ataupun
memberikan perlakuan yang lebih bijaksana. tindakan yang bijaksana menyangkut penggunaan
cara atau metode yang tepat terhadap individu, mengerti dirinya dan diri orang
lain.[5]
Sesungguhnya setiap
orang membutuhkan pengetahuan tentang psikologi, sebab dalam kehidupan setiap
orang selalu menghadapi, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain, begitupun
halnya dengan para pendidik.
Setiap
orang sebenarnya pendidik, minimal pernah berperang sebagai pendidik atau
melakukan fungsi pendidik, atau memberikan pendidikan, apabila punya anak, maka
mau atau tidak mau sebagai orang tua harus berperang sebagai pendidik. perang
pendidik juga dilakukan oleh para tokoh masyarakat, para pendidik formal maupun
informal, pemimpin kenegaraan, dan para generasi tua. para pendidik ini
memberikan suri teladan, arahan, bimbingan, dan pembinaan, agar interaksi yang
berisi suri teladan, arahan, bimbingan, dan pembinaan ini berlangsung dan
memberikan hasil yang sebaik-baiknya membutuhkan pengetahuan psikologi. [6]
Tidak
bisa dipungkiri lagi bahwa sudah sejak lama bidang psikologi pendidikan telah
digunakan sebagai landasan dalam pengembangan teori dan praktek pendidikan dan
telah memberikan kontribusi yang besar terhadap pendidikan, diantaranya
terhadap pengembangan kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem penilaian.
1.
Kontribusi Psikologi Pendidikan
terhadap Pengembangan Kurikulum.
Kajian
psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum pendidikan
terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks belajar
mengajar. Terlepas dari berbagai aliran psikologi yang mewarnai pendidikan,
pada intinya kajian psikologis ini memberikan perhatian terhadap bagaimana in
put, proses dan out pendidikan dapat berjalan dengan tidak mengabaikan aspek
perilaku dan kepribadian peserta didik.[7]
Secara psikologis,
manusia merupakan individu yang unik. Dengan demikian, kajian psikologis dalam
pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh
setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap,
motivasi, perasaaan serta karakterisktik-karakteristik individu lainnya.
Kurikulum pendidikan
seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat
berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam hal subject
matter maupun metode penyampaiannya.
Secara khusus, dalam
konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum yang dikembangkan saat ini
adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang pada intinya menekankan pada upaya
pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan
bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi
kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar
untuk melakukan sesuatu.
Dengan
demikian dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, kajian psikologis
terutama berkenaan dengan aspek-aspek: (1) kemampuan siswa melakukan sesuatu
dalam berbagai konteks; (2) pengalaman belajar siswa; (3) hasil belajar
(learning outcomes), dan (4) standarisasi kemampuan siswa
2.
Kontribusi Psikologi Pendidikan
terhadap Sistem Pembelajaran
Kajian
psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem
pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti :
teori classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt,
teori daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari
kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada
kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan
dalam proses pembelajaran.
Di
samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah
prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran Nasution (Daeng
Sudirwo,2002) mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar, yakni :
1.
Agar seorang benar-benar belajar,
ia harus mempunyai suatu tujuan
2. Tujuan
itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan
karena dipaksakan oleh orang lain.
3. Orang
itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan berusaha dengan tekun
untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.
4.
Belajar itu harus terbukti dari
perubahan kelakuannya.
5.
Selain tujuan pokok yang hendak
dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan.
6.
Belajar lebih berhasil dengan jalan
berbuat atau melakukan.
7.
Seseorang belajar sebagai
keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun termasuk pula aspek emosional,
sosial, etis dan sebagainya.
Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
8. Untuk
belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami.
9. Belajar
bukan sekedar menghafal fakta lepas secara verbalistis.
10. Disamping
mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar
t.ujuan-tujuan lain.
11.
Belajar lebih berhasil, apabila
usaha itu memberi sukses yang menyenangkan.
12.
Ulangan dan latihan perlu akan
tetapi harus didahului oleh pemahaman.
13.
Belajar hanya mungkin kalau ada
kemauan dan hasrat untuk belajar.
3.
Kontribusi Psikologi Pendidikan
terhadap Sistem Penilaian
Penilaiain
pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna memahami
seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melaui kajian psikologis kita
dapat memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik
setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu.
Di
samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam
pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama
setelah dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat
kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya.Kita mengenal sejumlah
tes psikologis yang saat ini masih banyak digunakan untuk mengukur potensi
seorang individu, seperti Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial Aptitude
Tes (DAT), EPPS dan alat ukur lainnya.
Pemahaman
kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui pengukuran
psikologis, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses pendidikan
individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai perkembangan
individu yang optimal.
Para
pendidik terutama guru, dosen, instruktur, pelatih dll. sebagai individu
membutuhkan pengetahuan tentang psikologi, begitupun halnya sebagai pendidik
mereka membutuhkan pengetahuan tentang psikologi dalam interaksi pendidikan.
berintikan interaksi antar individu tetapi berlangsung dalam konteks yang
bersifat pedagogis[8]
Apabila
dirangkum ada dua tujuan utama dari studi psikologi terhadap pendidikan.
Pertama agar para guru, para pendidik atau calong guru dan calong pendidik
mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang situasi pendidikan. kedua, agar
para guru, pendidik atau calong guru, calong pendidik mampu menyiapkan dan
melaksanakan pengajaran dan bimbingan terhadap sisiwa, dengan lebih baik.Dengan
kedua bekal tersebut diharapkan guru, pendidik dapat membantu siswa dalam
mencapai perkembangan yang setinggi-tingginya sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.(prof dr nana:31)[9]
Oleh
karena itu, betapa pentingnya penguasaan psikologi pendidikan bagi kalangan
guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu,psikologi Perkembangan, Jakarta : PT. Rineka
Cipta. 1991
Darajat
Zakiyah, perkembangan psikologi agama dan
pendidikan islam di Indonesia.
Cet. I. Ciputat : PT Logos Wacana Ilmu. 1999
Djali,
Psikologi pendidikan, , Cet III. Jakarta : Bumi Aksara.
2008
Sudrajat Akhmad, tentang
pendidikan,, kontribusi psikologi terhadap pendidikan. http:// www.
kontribusi psikologi terhadap pendidikan. ( 08 oktober 2010).
Sukmadinata nana syaodih, Landasan psikologi proses
pendidikan, Jakarta
: PT. Remaja Rosda. 2003
Syah
Muhibbin, psikologi pendidikan. Cet.
XIV. Jakarta : PT.
Remaja Rosdakarya. 2003
[1] Sudrajat Akhmad, tentang pendidikan,, kontribusi psikologi
terhadap pendidikan. http:// www. kontribusi psikologi terhadap pendidikan.
(08 oktober 2010).
[2] Abu Ahmadi, psikologi Perkembangan, (Jakarta : PT. Rineka
Cipta. 1991), h. 3
[3] Sudrajat Akhmad, Op. Cit
[4]
Nana Syaodih
Sukmadinata, Landasan psikologi proses pendidikan, (Jakarta : PT. Remaja
Rosda. 2003), h. 21
[5] Ibid, h. 22
[6]
Ibid, h. 22
[7] Sudrajat Akhmad, Op. Cit
[8] Nana Syaodih Sukmadinata, Op. Cit. h 28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar