AKAN SELALU ADA JALAN BAGI YANG MAU BERBUAT

Safaruddinufe1121@gmail.com

TRANSLATE



JapaneseGermanEnglishFrenchSpainChinese SimplifiedArabicRussian

Translate

visitor

Sabtu, 02 November 2013

PSIKOLOGI PENDIDIKAN



BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN PSIKOLOGI
Telah kita kenal Psikologi adalah “ Ilmu Jiwa” istilah psikologi berasal dari bahasa Inggris “Psychology” merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa greek ( yunani ) yaitu psych yang artinya jiwa dan logos yang artinya “ Ilmu”[1]
Dalam bahasa Arab, psikologi disebut dengan “Ilmu an Nafsi”. Yang belakangan kemudian dikembangkan menjadi satu ilmu bernama “Nafsiologi”. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan “Ilmu Jiwa”.
Menurut Bruno ( 1987) dalam Syah (1996:8) membagi pngertian psikologi menjadi tiga bagian yang pada prinsipnya saling berkaitan
1.      Psikologi adalah studi mengenai Ruh
2.      Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai kehidupan mental.
3.      psikologi adalah ilmu pengetahuan menganai perilaku organisme.
Sarwono ( 1976) juga mengamukakan beberapa definisi  psikologi.
1.      Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.
2.      psikologi adalah studi yang mempelajari hakikat manusia.
3.      psikologi adalah ilmu yang mempelajari respon yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya.
Sujito (1985-1) menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari atau menyelidiki pernyataan – pernyataan jiwa
Jadi dari beberapa definisi diatas dapat dirumuskan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu ( manusia ) dalam interaksi dengan lingkungannya.
Psikologi secara umum mempelajari gejala kejiwaan manusia yang berkaitan dengan pikiran ( cognisi ), perasaan ( emotion ) dan kehendak ( conasi )
Psikologi secara umum dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia yang normal , dewasa dan beradab ( jalaluddin, et, al, 1979.77 )
Menurut Robert H. Thouless Psikologi sekarang dipergunakan secara umum untuk ilmu tentang tingkah laku dan pengalaman manusia .
Sedang menurut Dra. Kartini kartono dalam psikologi anak adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang dimulai dari masa bayi, anak pemain, anak sekolah, masa remaja, sampai periode adolesens menjelan dewasa.[2]
Jadi definisi psikologi secara umum yaitu meneliti dan mempelajari kejiwaan yang ada dibelakangnya. Karena jiwa itu sendiri bersifat abstrak.
Merujuk pada pengertian yang terakhir, psikologi dapat dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari tentang perbuatan dan tingkah laku manusia dalam kehidupannya. Tingkah laku yang dimaksud disini adalah suatu aktifitas yang meliputi proses berpikir, beremosi, dan mengambil keputusan. Walaupun aktifitas tersebut tidak dapat diamati secara langsung namun dapat diduga melalui tingkah laku yang tampak. Tingkah laku ini tidaklah muncul begitu saja, melainkan didapat dari suatu penyebab-penyebab yang ada. Penyebab ini tidaklah satu melainkan oleh bermacam-macam penyebab yang saling terkait satu sama lainnya.
Sedangkan para ahli psikologi terdahulu, mendefinisikan bidang mereka sebagai “suatu kegiatan mental”. Dengan berkembangnya aliran behaviorisme tahun 1930-an  sampai 1960-an yang menekankan pada studi yang dapat mengukur fenomena secara objektif, maka psikologi didefinisikan sebagai “studi mengenai perilaku”. Namun setelah Psikologi kognitif dan fenomenologis menyusul perkembangan tersebut, maka definisi psikologi sekarang mencakup acuan mengenai “studi mengenai proses perilaku dan mental”.
Dari berkembangnya definisi tersebut, kini kita mendefinisikan psikologi sebagai studi ilmiah mengenai proses perilaku dan proses mental. Definisi ini mencerminkan perhatian psikologi terhadap studi objektif mengenai perilaku yang diamati. Definisi ini juga mengakui pentingnya proses mental yang tidak dapat diamati secara langsung. Namun kesimpulannya juga harus dapat mempertimbangkan aspek behaviorisme dan neurobiologis.
Namun kesimpulan diatas, tidak terlepas dari beberapa pendapat para ahli tentang definisi psikologi :
·         Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental, termasuk fenomena dan kondisi - kondisinya. Fenomena adalah apa yang kita sebut sebagai perasaan, keinginan,kognisi, berpikiran logis, keputusan - keputusan dan sebagainya. (James,Wiliiam. 1980).
·         Psikologi bertugas menyelidiki apa yang kita sebut pengalaman bagian dalam sensai dan perasaan kita sendiri, pikiran serta kehendak kita yang bertolak belakang dengan setiap objek pengalaman luar yang melahirkan pokok permasalahan ilmu alam. (Wundt,Wihelm. 1892)
·         Semua kesadaran di mana saja normal atau abnormal, manusia atau binatang merupakan pokok permasalahan yang dicoba untuk dijelaskan oleh ahli psikologi, dan tidak ada definisi ilmu yang sepenuhnya dapat diterima, semua bunyinya kurang lebih sama. (Angell, James. 1910).
·         Bagi aliran behaviorisme psikologi merupakan bagian dari ilmu alam yang menekankan perilaku manusia perbuatan dan ucapannya baik yang dipelajari maupun yang tidak sebagai pokok masalah. (Watson.B,John.1919)
·         Psikologi biasanya didefinisikan sebagai studi ilmiah mengenai perilaku. Lingkupnya mencakup berbagai proses perilaku yang dapat diamati, seperti gerak tangan; cara berbicara dan perubahan kejiwaan dan proses yang hanya dapat diartikan sebagai pikiran dan mimpi. (George, Milter& Clark, Kenneth. 1970)
·         Psikologi merupakan analisis ilmiah mengenai proses mental dan struktur daya ingat untuk memahami perilaku manusia. (Mayer,Richard. 1981)[3]
B.     PENTINGNYA PSIKOLOGI TERHADAP PENDIDIKAN
Prilaku individu selalu memiliki latar belakang tertentu. orang-orang yang dalam pekerjaanya lebih banyak berhadapan dengan benda, tanaman atau hewan tidak atau sedikit sekali membutuhkan pengetahuan tentang psikologi, tetapi sebaliknya orang-orang yang banyak menghadapi manusia, mereka sangat membutuhkan pengetahuan tentang psikologi. agar seorang bisa memberikan pelayanan, perilaku atau tindakan yang tepat terhadap orang lain, terlebih dahulu ia perlu memahami segala karakteristik, , sifat, sikat, kemampuan dan hal-hal yang melatarbelakangi perilaku orang yang dihadapinya. hanya dengan pemahaman yang mendalam dan meluas seseorang dapat memilih tindakan yang tepat terhadap orang lain. dasar-dasar pemahaman tentang perilaku individu dengan segala latar belakang inilah yang menjadi bahan kajian dalam psikologi.[4]
Dari uraian di astas ada dua tujuan utama dari studi psikologi. pertama, agar seseorang mempunyai pemahaman yang lebih baik terhadap individu, baik diri sendiri maupun orang lain. kedua, dengan hasil pemahaman tersebut seorang diharap dapat bertindak ataupun memberikan perlakuan yang lebih bijaksana. tindakan yang bijaksana menyangkut penggunaan cara atau metode yang tepat terhadap individu, mengerti dirinya dan diri orang lain.[5]
Sesungguhnya setiap orang membutuhkan pengetahuan tentang psikologi, sebab dalam kehidupan setiap orang selalu menghadapi, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain, begitupun halnya dengan para pendidik.
Setiap orang sebenarnya pendidik, minimal pernah berperang sebagai pendidik atau melakukan fungsi pendidik, atau memberikan pendidikan, apabila punya anak, maka mau atau tidak mau sebagai orang tua harus berperang sebagai pendidik. perang pendidik juga dilakukan oleh para tokoh masyarakat, para pendidik formal maupun informal, pemimpin kenegaraan, dan para generasi tua. para pendidik ini memberikan suri teladan, arahan, bimbingan, dan pembinaan, agar interaksi yang berisi suri teladan, arahan, bimbingan, dan pembinaan ini berlangsung dan memberikan hasil yang sebaik-baiknya membutuhkan pengetahuan psikologi. [6]
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sudah sejak lama bidang psikologi pendidikan telah digunakan sebagai landasan dalam pengembangan teori dan praktek pendidikan dan telah memberikan kontribusi yang besar terhadap pendidikan, diantaranya terhadap pengembangan kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem penilaian.
1.            Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Kurikulum.
Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks belajar mengajar. Terlepas dari berbagai aliran psikologi yang mewarnai pendidikan, pada intinya kajian psikologis ini memberikan perhatian terhadap bagaimana in put, proses dan out pendidikan dapat berjalan dengan tidak mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik.[7]
Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Dengan demikian, kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan serta karakterisktik-karakteristik individu lainnya.
Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam hal subject matter maupun metode penyampaiannya.
Secara khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum yang dikembangkan saat ini adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang pada intinya menekankan pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, kajian psikologis terutama berkenaan dengan aspek-aspek: (1) kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks; (2) pengalaman belajar siswa; (3) hasil belajar (learning outcomes), dan (4) standarisasi kemampuan siswa
2.            Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran
Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti : teori classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam proses pembelajaran.
Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo,2002) mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar, yakni :
1.      Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan
2.      Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang lain.
3.      Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.
4.      Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
5.      Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan.
6.      Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.
7.      Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.
Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
8.      Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami.
9.      Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara verbalistis.
10.  Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar t.ujuan-tujuan lain.
11.  Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan.
12.  Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.
13.  Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.
3.            Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Penilaian
Penilaiain pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melaui kajian psikologis kita dapat memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu.
Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama setelah dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya.Kita mengenal sejumlah tes psikologis yang saat ini masih banyak digunakan untuk mengukur potensi seorang individu, seperti Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial Aptitude Tes (DAT), EPPS dan alat ukur lainnya.
Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai perkembangan individu yang optimal.
Para pendidik terutama guru, dosen, instruktur, pelatih dll. sebagai individu membutuhkan pengetahuan tentang psikologi, begitupun halnya sebagai pendidik mereka membutuhkan pengetahuan tentang psikologi dalam interaksi pendidikan. berintikan interaksi antar individu tetapi berlangsung dalam konteks yang bersifat pedagogis[8]
Apabila dirangkum ada dua tujuan utama dari studi psikologi terhadap pendidikan. Pertama agar para guru, para pendidik atau calong guru dan calong pendidik mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang situasi pendidikan. kedua, agar para guru, pendidik atau calong guru, calong pendidik mampu menyiapkan dan melaksanakan pengajaran dan bimbingan terhadap sisiwa, dengan lebih baik.Dengan kedua bekal tersebut diharapkan guru, pendidik dapat membantu siswa dalam mencapai perkembangan yang setinggi-tingginya sesuai dengan potensi yang dimilikinya.(prof dr nana:31)[9]
Oleh karena itu, betapa pentingnya penguasaan psikologi pendidikan bagi kalangan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu,psikologi Perkembangan, Jakarta : PT. Rineka Cipta. 1991
Darajat Zakiyah, perkembangan psikologi agama dan pendidikan islam di Indonesia. Cet. I. Ciputat : PT Logos Wacana Ilmu. 1999
Djali, Psikologi pendidikan, , Cet III. Jakarta : Bumi Aksara. 2008
Sudrajat Akhmad, tentang pendidikan,, kontribusi psikologi terhadap pendidikan. http:// www. kontribusi psikologi terhadap pendidikan. ( 08 oktober 2010).
Sukmadinata nana syaodih, Landasan psikologi proses pendidikan, Jakarta : PT. Remaja Rosda. 2003
Syah Muhibbin, psikologi pendidikan. Cet. XIV. Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya. 2003




[1] Sudrajat Akhmad, tentang pendidikan,, kontribusi psikologi terhadap pendidikan. http:// www. kontribusi psikologi terhadap pendidikan. (08 oktober 2010).
[2] Abu Ahmadi, psikologi Perkembangan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta. 1991), h. 3

[3] Sudrajat Akhmad, Op. Cit
[4] Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan psikologi proses pendidikan, (Jakarta : PT. Remaja Rosda. 2003), h. 21
[5] Ibid, h. 22
[6] Ibid, h. 22
[7] Sudrajat Akhmad, Op. Cit
[8] Nana Syaodih Sukmadinata, Op. Cit. h 28
[9] ibid, h. 31

Tidak ada komentar:

Posting Komentar